Rabu, 25 Februari 2015

Landasan Neurologis pada Bahasa



Materi 2 : Landasan Neurologis pada Bahasa
Evolusi Otak Manusia
Manusia tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk yang lain selama berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Perkembangan otak dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran. Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak tersebut. Tahap ketiga yaitu munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Tahap terakhir yaitu munculnya dua hemisfir yang asimitris. Dua tahap terakhir ini terjadi pada saat perubahan dari Homo Erectus ke Homo Sapiens.
Otak Manusia VS Otak Binatang
            Disamping bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal lainnya, yang membedakan manusia dari binatang adalah terutama otaknya. Dibadingkan dengan binatang lainnya seperti monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar. Manusia Nanochepalic (manusia kate), yang otaknya hanya sekitar 400 gram dan kira-kira sama dengan berat otak seekor simpanse umur tiga tahun, dapat berbicara secara normal sedangkan simpanse tidak.
Otak Manusia
Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama, yaitu tulang punggung yang terdiri dari sederertan tulang punggung yang bersambung-sambung dan otak. Otak sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu batang otak dan korteks serebral. Tulang punggung dan korteks serebral ini merupakan sistem saraf sentral untuk manusia. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiber yang dinamakan korpus kalosum. Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada disebelah kanan, termasuk muka bagian kanan, sebaliknya hemisfir kanan mengontrol anggota badan dan wajah sebelah kiri. Jadi, dari segi pengontrolan fisik, kedua hemisfir ini saling silang. Korpus Kalosum bertugas mengintergrasi dan mengkoordinir apa yang dilakukan oleh kedua hemisfir tersebut. 
Otak Binatang
            Pada makhluk seperti ikan, tikus dan burung, misalnya korteks serebral boleh dikatakan tidak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Pada makhluk lain seperti simpanse dan gorilla juga tidak terdapat daerah-daerah yang dipakai untuk memproses bahasa. Sementara orang memakai sebagaian besar otaknya untuk proses mental. Dari perbandingan antara otak manusia dan otak binatang yang paling modern sekalipun tampak bahwa baik struktur maupun organisasinya sangat berbeda. Perbedaan neurologis seperti inilah yang membuat manusia dapat berbahasa sedangkan binatang tidak.
Kaitan Otak dengan Bahasa
            Dari struktur serta organisasi otak manusia tampak bahwa otak memegang peran yang sangat penting dalam bahasa. Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu akan ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh konteks primer pendengaran. Didaerah ini bunyi-bunyi
Peran Hemisfir Kiri dan Hemisfir Kanan
            Dari hasil operasi yang dinamakan hemispherectomy-operasi dimana satu hemisfir diambil dalam rangka mencegah epilepsi, terbukti bahwa juga bila hemisfir kiri yang diambil maka kemampua berbahasa orang itu menurun dengan drastis. Sebaliknya bila yang diambil hemisfir kanan, orang tersebut masih dapat berbahasa meskipun tidak sempurna. Orang yang terganggu hemisfir kanannya juga tidak dapat mendeteksi kalimat ambigu, dia juga kesukaran memahami metafora maupun sarkasme.

Gangguan Wicara
            Apabila aliran darah pada otak tidak cukup, atau ada penyempitan pembuluh darah atau gangguan lain yang menyebabkan jumah oksigen yang diperlukan berkurang, maka terjadilah kerusakan pada otak. Penyakit ini disebut Stoke. Stroke mempunyai berbagai akibat, karena adanya kontrol silang dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan, maka stroke yang terdapat pada hemisfir kiri (kalau menyebabkan gangguan fisik) akan menyebabkan gangguan pada belahan badan sebelah maka bagian kiri tubuhlah yang akan terganggu. Pada umunya, kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan afasia (aphasia).
            Macam-macam afasia, yaitu Afasia Broca, Afasia Wernicke, Afasia Anomic, Afasia Global, Afasia Konduksi.
-          Afasia Broca
Kerusakan (yang umumnya disebut lesion) terjadi pada daerah Broca. Karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor maka yang sering terjadi adalah bahwa alat-alat ujaran termasuk mulut, menjadi terganggu, kadang-kadang mulut bisa mencong.
-          Afasia Wernicke
Letak kerusakan pada daerah Wernicke, yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Korteks-korteks lain yang berdekatan juga bisa ikut kena.
-          Afasia Anomic
Kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe parietal atau pada batas antara lobe parietal dengan lobe temporal.
-          Afasia Global
Pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu atau dua daerah saja tetapi dibeberapa daerah yang lain, kerusakan bisa menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor menuju ke lobe parietal, dan sampai ke daerah Wernicke.
-          Afasia Konduksi
Bagian otak yang rusak pada afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal.
Akibat lain dari Stroke
            Pengaruh stroke tidak terbatas hanya pada gangguan wicara saja. Ada gangguan-gangguan lain yang tidak langsung berkaitan dengan bahasa. Orang yang kena stroke juga dapat kehilangan ingatannya. Stroke juga dapat menyebabkan penyakit Prosopagnosia, yakni tidak kenal istri, anak, atau siapapun.  Dalam hal merespon, misalnya, orang yang kena afasia Broca tidak bias menjawab secara lisan, tetapi kalau daerah untuk tulisannya masih utuh, dia bisa menjawab dengan cara menulis. Orang yang korteks pendengarannya terserang, tetapi korteks visualnya masih utuh dapat menerima input lewat tulisan,dst.
Hipotese Umur Kritis
            Sebelum mencapai umur belasan bawah, sekitar umur 12 tahun-an, anak mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa manapun yang disajiakan padanya secara natif. Hal ini tampak terutama pada asennya. Gejala ini dinyatakan dalam hipotese yang bernama Hipotese Umur Kritis yang diajukan oleh Lenneberg (1967). Hipotese umur kritis banyak diperbincangkan orang dan dianut banyak orang, namun adapula yang menyanggahnya.
Kekidalan dan Kekinanan
            Manusia ada yang kidal ada juga yang kinan. Sementara itu, adapula orang yang mampu menggunaka keduanya secara imbang. Orang semacam ini dinamakan Ambidekstrus. Hal ini berarti bahwa meskipun seseorang itu kidal , tetap saja hemisfir yang lebih dominan untuk kebahasaan adalah hemisfir kiri.
Bahasa Sinyal
            Orang yang tidak dapat berkomunikasi secara lisan dapat meggunakan piranti lain, yakni bahasa sinyal. Bahasa ini mempergunakan tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat, seperti pada orang Tuna Rungu. Karena hemisfir kanan lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola-pola visual maka kita mengharapkan hemisfir inilah yang juga mengurusi bahasa sinyal. Mereka yang menderita afasia Broca kesukaran dalam mengsinyalkan apa yang ingin dinyatakan. Mereka mungkin bisa mengsinyalkan kata, tetapi infleksi untuk kata itu, atau fungsi gramatikalnya kacau.
Metode Penelitian Otak
            Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah terdapat CT atau CAT, PET, MRI, dan ERPs. CT atau CAT scan memanfaatkan sumber sinar-X untuk merekam berbagai imaji yang oleh computer kemudian dibentuk imaji tiga dimensi dari seluruh atau sebagian otak. Berbeda (Positron Emission Tomography dapat mempertunjukkan kegiatan otak secara langsung. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah. ERPs (Event Related Potentials) mengukur perubahan-perubahan voltase pada otak yang berkaitan dengan hal-hal yang sensory, motorik, atau kognitif.

0 komentar:

Posting Komentar