Materi 2 : Landasan Neurologis pada
Bahasa
Evolusi Otak Manusia
Manusia
tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk yang lain selama berjuta-juta
tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli Palaeneurologi
menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan
manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Perkembangan otak
dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah tahap perkembangan
ukuran. Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak tersebut.
Tahap ketiga yaitu munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah
tertentu melalui corpus callosum. Tahap terakhir yaitu munculnya dua hemisfir
yang asimitris. Dua tahap terakhir ini terjadi pada saat perubahan dari Homo
Erectus ke Homo Sapiens.
Otak Manusia VS Otak Binatang
Disamping
bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal lainnya, yang membedakan manusia dari
binatang adalah terutama otaknya. Dibadingkan dengan binatang lainnya seperti
monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar. Manusia Nanochepalic
(manusia kate), yang otaknya hanya sekitar 400 gram dan kira-kira sama dengan
berat otak seekor simpanse umur tiga tahun, dapat berbicara secara normal
sedangkan simpanse tidak.
Otak Manusia
Seluruh
sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama, yaitu tulang punggung yang
terdiri dari sederertan tulang punggung yang bersambung-sambung dan otak. Otak
sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu batang otak dan korteks serebral. Tulang
punggung dan korteks serebral ini merupakan sistem saraf sentral untuk manusia. Korteks serebral
manusia terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Kedua
hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiber yang dinamakan korpus
kalosum. Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada disebelah
kanan, termasuk muka bagian kanan, sebaliknya hemisfir kanan mengontrol anggota
badan dan wajah sebelah kiri. Jadi, dari segi pengontrolan fisik, kedua hemisfir ini
saling silang. Korpus Kalosum bertugas mengintergrasi dan mengkoordinir apa
yang dilakukan oleh kedua hemisfir tersebut.
Otak Binatang
Pada
makhluk seperti ikan, tikus dan burung, misalnya korteks serebral boleh
dikatakan tidak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada
manusia. Pada makhluk lain seperti simpanse dan gorilla juga tidak terdapat
daerah-daerah yang dipakai untuk memproses bahasa. Sementara orang memakai
sebagaian besar otaknya untuk proses mental. Dari perbandingan antara otak
manusia dan otak binatang yang paling modern sekalipun tampak bahwa baik
struktur maupun organisasinya sangat berbeda. Perbedaan neurologis seperti
inilah yang membuat manusia dapat berbahasa sedangkan binatang tidak.
Kaitan Otak dengan Bahasa
Dari
struktur serta organisasi otak manusia tampak bahwa otak memegang peran yang
sangat penting dalam bahasa. Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk
lisan, maka bunyi-bunyi itu akan ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh
konteks primer pendengaran. Didaerah ini bunyi-bunyi
Peran Hemisfir Kiri dan Hemisfir Kanan
Dari
hasil operasi yang dinamakan hemispherectomy-operasi dimana satu hemisfir
diambil dalam rangka mencegah epilepsi, terbukti bahwa juga bila hemisfir kiri
yang diambil maka kemampua berbahasa orang itu menurun dengan drastis.
Sebaliknya bila yang diambil hemisfir kanan, orang tersebut masih dapat
berbahasa meskipun tidak sempurna. Orang yang terganggu hemisfir kanannya juga
tidak dapat mendeteksi kalimat ambigu, dia juga kesukaran memahami metafora
maupun sarkasme.
Gangguan Wicara
Apabila
aliran darah pada otak tidak cukup, atau ada penyempitan pembuluh darah atau
gangguan lain yang menyebabkan jumah oksigen yang diperlukan berkurang, maka
terjadilah kerusakan pada otak. Penyakit ini disebut Stoke. Stroke mempunyai berbagai
akibat, karena adanya kontrol silang dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan,
maka stroke yang terdapat pada hemisfir kiri (kalau menyebabkan gangguan fisik)
akan menyebabkan gangguan pada belahan badan sebelah maka bagian kiri tubuhlah yang
akan terganggu. Pada umunya, kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan
munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke
dinamakan afasia (aphasia).
Macam-macam
afasia, yaitu Afasia Broca, Afasia Wernicke, Afasia Anomic, Afasia Global, Afasia Konduksi.
-
Afasia Broca
Kerusakan
(yang umumnya disebut lesion) terjadi pada daerah Broca. Karena daerah ini
berdekatan dengan jalur korteks motor maka yang sering terjadi adalah bahwa
alat-alat ujaran termasuk mulut, menjadi terganggu, kadang-kadang mulut bisa
mencong.
-
Afasia Wernicke
Letak
kerusakan pada daerah Wernicke, yakni bagian agak ke belakang dari lobe
temporal. Korteks-korteks lain yang berdekatan juga bisa ikut kena.
-
Afasia Anomic
Kerusakan otak
terjadi pada bagian depan dari lobe parietal atau pada batas antara lobe
parietal dengan lobe temporal.
-
Afasia Global
Pada afasia
ini kerusakan terjadi tidak pada satu atau dua daerah saja tetapi dibeberapa
daerah yang lain, kerusakan bisa menyebar dari daerah Broca, melewati korteks
motor menuju ke lobe parietal, dan sampai ke daerah Wernicke.
-
Afasia Konduksi
Bagian otak yang rusak
pada afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang
menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal.
Akibat lain dari Stroke
Pengaruh
stroke tidak terbatas hanya pada gangguan wicara saja. Ada gangguan-gangguan
lain yang tidak langsung berkaitan dengan bahasa. Orang yang kena stroke juga
dapat kehilangan ingatannya. Stroke juga dapat menyebabkan penyakit
Prosopagnosia, yakni tidak kenal istri, anak, atau siapapun. Dalam
hal merespon, misalnya, orang yang kena afasia Broca tidak bias menjawab secara
lisan, tetapi kalau daerah untuk tulisannya masih utuh, dia bisa menjawab
dengan cara menulis. Orang yang korteks pendengarannya terserang, tetapi
korteks visualnya masih utuh dapat menerima input lewat tulisan,dst.
Hipotese Umur Kritis
Sebelum mencapai umur
belasan bawah, sekitar umur 12 tahun-an, anak mempunyai kemampuan untuk
memperoleh bahasa manapun yang disajiakan padanya secara natif. Hal ini tampak
terutama pada asennya. Gejala ini dinyatakan dalam hipotese yang bernama
Hipotese Umur Kritis yang diajukan oleh Lenneberg (1967). Hipotese umur kritis
banyak diperbincangkan orang dan dianut banyak orang, namun adapula yang
menyanggahnya.
Kekidalan dan Kekinanan
Manusia ada yang kidal
ada juga yang kinan. Sementara itu, adapula orang yang mampu menggunaka
keduanya secara imbang. Orang semacam ini dinamakan Ambidekstrus. Hal ini
berarti bahwa meskipun seseorang itu kidal , tetap saja hemisfir yang lebih
dominan untuk kebahasaan adalah hemisfir kiri.
Bahasa Sinyal
Orang yang tidak dapat
berkomunikasi secara lisan dapat meggunakan piranti lain, yakni bahasa sinyal.
Bahasa ini mempergunakan tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat,
seperti pada orang Tuna Rungu. Karena hemisfir kanan lebih unggul untuk
menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola-pola visual maka
kita mengharapkan hemisfir inilah yang juga mengurusi bahasa sinyal. Mereka
yang menderita afasia Broca kesukaran dalam mengsinyalkan apa yang ingin
dinyatakan. Mereka mungkin bisa mengsinyalkan kata, tetapi infleksi untuk kata
itu, atau fungsi gramatikalnya kacau.
Metode Penelitian Otak
Kemajuan
teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah
terdapat CT atau CAT, PET, MRI, dan ERPs. CT atau CAT scan memanfaatkan sumber
sinar-X untuk merekam berbagai imaji yang oleh computer kemudian dibentuk imaji
tiga dimensi dari seluruh atau sebagian otak. Berbeda (Positron Emission
Tomography dapat mempertunjukkan kegiatan otak secara langsung. MRI (Magnetic
Resonance Imaging) mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah aliran
darah. ERPs (Event Related Potentials) mengukur perubahan-perubahan voltase
pada otak yang berkaitan dengan hal-hal yang sensory, motorik, atau kognitif.
0 komentar:
Posting Komentar