Materi 1 : Landasan Biologis pada Bahasa
Perkembangan
Alat Ujar
Pada
sekitar 70 juta tahun yang lalu munculah makluk mamalia yang pertama.
Evolusi lain yang penting adalah mulai adanya tulang thyroid
dan bentuk pertama dari selaput suara. Karena telah adanya paru-paru dan
selaput suara, maka getaran selaput ini dapat mulai di control. Alat
pendengaran pun mulai berkembang. Alat ujar yang sudah ada seperti ini membuat
mamalia (monyet,kambing,dsb) dapat mengeluarkan bunyi. Perkembangan biologis
lainnya yang terkait adalah adanya perubahan perkembangan otot-otot pada muka,
tumbuhnya gigi, dan makin naiknya letak laring yang memungkinkan makhluk untuk
untuk bernafas sambil makan dan minum.
Perkembangan
terakhir adalah pada primat pada manusia. Alat-alat penyuara seperti paru-paru,
laring, faring, dan mulut pada dasarnya sama dengan yang ada pada mamalia
lainnya, hanya saja pada manusia alat-alat ini telah lebih berkembang. Struktur
mulut maupun macam lidahnya juga berbeda. Akan tetapi, perbedaan lain yang
lebih penting antara manusia dengan binatang adalah struktur dan organisasi
otaknya.
Struktur
Mulut Manusia vs Binatang
Meskipun
ada kemiripan antara manusia dengan simpanse, tetap saja kedua mahluk ini
berbeda yang membedakan keduanya adalah kemampuan mereka berkomunikasi
dengan bahasa. Perbedaan kemampuan ini sifat genetik, artinya manusia dapat
berbahasa sedangkan primat lain tidak karena komposisi genetik antara kedua
kelompok primat ini berbeda. Hal ini sangat tampak pada struktur biologis alat
suaranya.
Sistem
Komunikasi Hewan
Pada
binatang, terutama pada manusia, kerja saraf yang bertingkat tinggi
adalah sumber berbagai reaksi yang berbentuk kelakuan, dan kerja
saraf itu erat sekali tergantung dari berita-berita (message). Denyutan syaraf
yang berasal dari panca indera menggiatkan pusat; sesampai dipusat denyutan
syaraf itu menimbulkan jawaban-jawaban refleks; jawaban-jawaban itu
diselaraskan dengan berita-berita yang telah membangkitkannya. Diantara
reaksi-reaksi ada yang alamai, artinya binatang serta merta mewujudkan, tanpa
dididik, berkat sifat-sifat system syarafnya; sebaliknya ada reaksi binatang
yang tidak begitu saja timbul dari kemampuan kodratnya: reaks-reaksi itu dapat
timbul berkat didikan dan kemahiran yang diperoleh dari pengalaman.
Binatang
yang terkuasai oleh nalurinya tidak memandang secara menyeluruh akan
situasinya, ia mengadakan reaksi yang selaras dengan rangsang yang diterima
pada waktu itu ia tidak ambil pusing pada rangsang lain yang diserap oleh panca
indera. Dalam alam binatang ada banyak cara berkomunikasi sebagai pengganti
bahasa. Gerak-geriknya cukup mempunyai arti dan dapat membuat
keperluan-keperluan yang sederhana diketahui oleh mereka yang tidak kenal
bahasanya. Misalnya: burung, lebah, ikan lumba-lumba, dan simpanse.
Kaitan
Biologi dengan Bahasa
Di
samping struktur mulut manusia yang secara biologis berbeda dengan sturktur
mulut binatang, bahasa juga terkait dengan biologi dari segi yang lain. Hal ini
terutama tampak pada proses pemerolehan bahasa.
Di
manapun juga di dunia ini anak memperoleh bahasa dengan melalui preoses yang
sama. Antara umur 6-8 minggu, anak mulai mendekut(cooing), yakni mereka
mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vocal dan konsonan. Bunyi-bunyi
ini belum dapat diidentifikasi sebgai bunyi apa, tapi sudah merupakan bunyi.
Pada sekitar umur 6 bulan mulailah anak dengan coloteh(dabbling), yakni,
mengeluarkan bunyi yang merupakan suku kata. Pada umur sekitar 1 tahun, anak
mulai dapat mengeluarkan bunyi yang dapat diidentifikasi sebagai kata.
Untuk bahasa yang kebanyakan monomorfemik (bersuku kata satu). Maka suku itu,
atau sebagai dari suku, mulai diujarkan. Untuk bahasa yang kebanyakan
polimorfemik maka suku akhirlah yang diucapkan. Kemudian anak akan mulai
berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), lalu menjelang umur 2
tahun mulailah dengan ujaran dua kata. Akhirnya, sekitar umur4 atau 5 tahun
anak dapat berkomuniaksi dengan lancar.
0 komentar:
Posting Komentar