Rabu, 25 Februari 2015

Landasan Biologis pada Bahasa



Materi 1 : Landasan Biologis pada Bahasa
Perkembangan Alat  Ujar
Pada sekitar  70 juta tahun yang lalu munculah makluk mamalia yang pertama. Evolusi lain yang penting adalah mulai adanya tulang thyroid dan bentuk pertama dari selaput suara. Karena telah adanya paru-paru dan selaput suara, maka getaran selaput ini dapat mulai di control. Alat pendengaran pun mulai berkembang. Alat ujar yang sudah ada seperti ini membuat mamalia (monyet,kambing,dsb) dapat mengeluarkan bunyi. Perkembangan biologis lainnya yang terkait adalah adanya perubahan perkembangan otot-otot pada muka, tumbuhnya gigi, dan makin naiknya letak laring yang memungkinkan makhluk untuk untuk bernafas sambil makan dan minum.
Perkembangan terakhir adalah pada primat pada manusia. Alat-alat penyuara seperti paru-paru, laring, faring, dan mulut pada dasarnya sama dengan yang ada pada mamalia lainnya, hanya saja pada manusia alat-alat ini telah lebih berkembang. Struktur mulut maupun macam lidahnya juga berbeda. Akan tetapi, perbedaan lain yang lebih penting antara manusia dengan binatang adalah struktur dan organisasi otaknya.
Struktur Mulut Manusia vs Binatang
Meskipun ada kemiripan antara manusia dengan simpanse, tetap saja kedua mahluk ini berbeda  yang membedakan keduanya adalah kemampuan mereka berkomunikasi dengan bahasa. Perbedaan kemampuan ini sifat genetik, artinya manusia dapat berbahasa sedangkan primat lain tidak karena komposisi genetik antara kedua kelompok primat ini berbeda. Hal ini sangat tampak pada struktur biologis alat suaranya.
Sistem Komunikasi Hewan
Pada binatang, terutama pada manusia, kerja saraf yang bertingkat  tinggi adalah sumber berbagai  reaksi  yang berbentuk kelakuan, dan kerja saraf itu erat sekali tergantung dari berita-berita (message). Denyutan syaraf yang berasal dari panca indera menggiatkan pusat; sesampai dipusat denyutan syaraf itu menimbulkan jawaban-jawaban refleks; jawaban-jawaban itu diselaraskan dengan berita-berita yang telah membangkitkannya. Diantara reaksi-reaksi ada yang alamai, artinya binatang serta merta mewujudkan, tanpa dididik, berkat sifat-sifat system syarafnya; sebaliknya ada reaksi binatang yang tidak begitu saja timbul dari kemampuan kodratnya: reaks-reaksi itu dapat timbul berkat didikan dan kemahiran yang diperoleh dari pengalaman.
Binatang yang terkuasai oleh nalurinya tidak memandang secara menyeluruh akan situasinya, ia mengadakan reaksi yang selaras dengan rangsang yang diterima pada waktu itu ia tidak ambil pusing pada rangsang lain yang diserap oleh panca indera. Dalam alam binatang ada banyak cara berkomunikasi sebagai pengganti bahasa. Gerak-geriknya cukup mempunyai arti dan dapat membuat keperluan-keperluan yang sederhana diketahui  oleh mereka yang tidak kenal bahasanya. Misalnya: burung, lebah, ikan lumba-lumba, dan simpanse.
Kaitan Biologi dengan Bahasa
Di samping struktur mulut manusia yang secara biologis berbeda dengan sturktur mulut binatang, bahasa juga terkait dengan biologi dari segi yang lain. Hal ini terutama tampak pada proses pemerolehan bahasa.
Di manapun juga di dunia ini anak memperoleh bahasa dengan melalui preoses yang sama. Antara umur 6-8 minggu, anak mulai mendekut(cooing), yakni mereka mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vocal dan konsonan. Bunyi-bunyi ini belum dapat diidentifikasi sebgai bunyi apa, tapi  sudah merupakan bunyi. Pada sekitar umur 6 bulan mulailah anak dengan coloteh(dabbling), yakni, mengeluarkan bunyi yang merupakan suku kata. Pada umur sekitar 1 tahun, anak mulai dapat mengeluarkan  bunyi yang dapat diidentifikasi sebagai kata. Untuk bahasa yang kebanyakan monomorfemik (bersuku kata satu). Maka suku itu, atau sebagai dari suku, mulai diujarkan. Untuk bahasa yang kebanyakan polimorfemik maka suku akhirlah yang diucapkan. Kemudian anak akan mulai berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), lalu menjelang umur 2 tahun mulailah dengan ujaran dua kata. Akhirnya, sekitar umur4 atau 5 tahun anak dapat berkomuniaksi dengan lancar.

0 komentar:

Posting Komentar