Rabu, 26 Februari 2014

Contoh Kebudayaan di Kabupaten Bone



Kebudayaan di Kabupaten Bone
Makam Raja-Raja Bone di Bukaka Watampone
Bola Soba dan Bola Ade Pitue  (Rumah Adat) Bone
Rumah yang berbentuk panggung dan biasanya memiliki 3 bagian yaitu bagian atas, tengah dan bawah. RUmah ini menjadi inspirasi bagi pembangunan Rumah Besar (Saoraja). Bagian atas untuk menyimpan (lumbung) padi/makanan. Tempat tinggal ada di bagian tengah. Sejak jaman Belanda sudah jarang dibangun Rumah Adat Bone dengan kayu, lebih banyak dari semen. Sekarang masih tersisa di daerah Watampone.

Situs Perjanjian Tellu (Telu) Boccoe
            Tempat perjanjian Raja Bone, Raja Wajo dan Raja Soppeng. Bunyi perjanjian itu "Barang siapa pihak kerajaan yang melihat cahaya titik cahaya terang, maka kerajaan itu yang berhak memberitahu saudara-saudaranya yang berjanji". Inilah kesepakatan ketiga kerajaan itu dalam menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkan daerah tersebut. Mereka bekerjasama, sebuah perjanjian suci untuk saling bahu-membahu menghadapi musuh.

Patung Arung Palakka
Raja pemersatu rakyat Bugis dan wilayah Sulawesi, gagah berani dan mempunyai sifat terpuji. Pahlawan Bone, Pahlawan Kemanusiaan. Arung Palakka yang mengeluarkan masyarakat Bone dari garis kemiskinan dan tindasan kerajaan lain.

Masjid Tua Al-Mujahidin Watampone
Merupakan salah satu jejak Islam di Tanah Bone. Berada di tengah-tengah kota Watampone. Mesjid ini masih asli dan merupakan salah satu dari jejak Islam di Sulawesi. Memiliki sebuah tembok pertahanan dengan tebal sekitar 1 meter.

Makam Raja-raja Bone
Makam Raja Bone ke 13 dan 21 Kalokkoe berada di belakang Mesjid Tua Al-Mujahidin. Makam Raja Bone memang tersebar di Lalebata, Naga Ulun, Luwu, Bukaka, Bantaeng, Makassar, bahkan ada di Tanah Kalibata.

Kawasan Tanah Bangkalae
Dahulu kerajaan di tanah Sulawesi sering terjadi selisih paham semisal antara Kerajaan Goa, Kerajaan Bone, dan Kerajaan Luwu. Untuk mempersatukannya dibentuklah simbol pemersatu ketiga kerajaan itu. Tanah Bangkalae itu merupakan penyatuan tanah dari 3 kerajaan tersebut dengan tujuan agar ke-3 kerajaan tersebut bersatu. Menjadi tempat pelantikan raja yang dimulai dari Raja Bone saat itu yaitu Raja Bone ke 16. Tanah Bangkalae adalah tanah tempat pelantikan raja, berwarna kemerah-merahan, dan dianggap sebagai Tanah Dewa.

Manurunge (To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang atau Mata Silompoe)
Disinilah tempat terjadi kontrak pemerintah Rakyat Bone (Tujuh raja-raja kecil) dengan Manurung E.rimatajang Raja Bone Pertama pada tanggal 16 April 1330 dan menjadi hari lahirnya Kabupaten Bone. Berada di lokasi Kecamatan Tanete Riatan. Manurung merupakan manusia suci yang turun dari langit. Manurunge adalah pemersatu rakyat yang bertikai saat itu (matoa-mata) ke dalam Kerajaan Bone.

Soraja Petta Panggawae
Rumah Besar Bola Soba bertingkat 5 milik seorang raja Bone untuk panglimanya. Rumah ini adalah Istana Panglima Perang Bone dengan atap bertingkat 4, sedangkan rumah Raja memiliki atap bertingkat 5. Sekarang menjadi tempat pelestarian budaya Bugis Bone.

Museum Lapawawoi Saoraja
Merupakan rumah Raja Bone ke-31, Andi Mapparinggi bergelar LAWAWOWOI KARAENG SIGERI MATINROE RI BANDUNG, yang dijadikan sebagian rumahnya dijadikan museum Bugis Bone. Museum ini menjadi tempat penyimpanan benda-benda seni dan budaya tradisional Bugis Bone. Dahulunya pernah menjadi gedung DPRD Kabupaten Bone. Menyimpan gambar raja-raja Bone dan benda-benda duplikat upacara adat istiadat Bone.

Museum Arajang
Menyimpan benda-benda milik Arung Palakka yang juga merupakan benda-benda pusaka seperti Payung Emas, Payung Perak, Sarung dan Pegangan, serta Selempang/Salimpang Emas (Sembangengpulaweng) yang panjangnya 177 cm dengan berat 5 kg emas murni 24 karat. Setiap tahunnya dilakukan pembersihan benda-benda bersejarah dan sakral tersebut. Museum ini dibuka setahun sekali pada hari jadi Tanah Bone mengingat banyak benda bersejarah yang sangat perlu dilindungi.

Wisata Alam Bersejarah Kab. Bone:
  1. Goa Mampu di Desa Cabbeng Kecamatan Dua BoccoE
  2. Goa Janci di Desa Mallari Kecamatan Awangpone
  3. Tempat Peraduan Arung Palakka dalam Goa di Kecamatan Awangpone

Wisata Alam Kab. Bone:
  1. Tanjung Pallette di Kecamatan Tanete Riattang Timur
  2. Desa Gareccing di Kecamatan Tonra
  3. Pantai Cappa Ujung di Kecamatan SibuluE
  4. Permandian Bonto Jai di Kecamatan Bontocani
  5. Permandian AlingE di Kecamatan Ulaweng
  6. Permandian Lanca di Kecamatan TellusiattingE
  7. Air Panas Saweng di Kecamatan Ponre
  8. Bendungan Salomekko di Kecamatan Salomekko
  9. Taretta Kecamatan Amali
Tari Tradisional
Kirab Kerajaan
Dalam sejarah Sulawesi Selatan, Kerajaan Bone merupakan kerajaan besar, tangguh dan disegani pada masa lampau. Bukti-bukti kebesarannya terdapat dalam manuskrip-manuskrip kuno disebut lontara dan ada yang terhimpun dalam sebuah buku ”Latoa” berisikan tata aturan pemerintah dan pranata kehidupan kemasyarakatan Kerajaan Bone. Selain itu terdapat beberapa tanda-tanda pusaka kerajaan yang masih terawat dan tersimpan baik di Rumah Jabatan Bupati Bone (bekas Saoraja atau Istana Raja Bone), serta benda-benda kuno lainnya disimpan di Museum Lapawawoi yang juga merupakan Saoraja (Istana Raja Bone).
Kirab Kerajaan Bone adalah untuk menunjukkan keberadaan kejayaan Kerajaan Bone masa lalu. Kirab Kebesaran Kerajaan Bone terdiri dari :
a.      Kelompok Laskar : 41 (empat puluh satu) orang
b.      Kelompok Adat : 108 (seratus delapan) orang
Kirab Kebesaran Kerajaan Bone didukung oleh 149 orang peserta. Sebenarnya pada Zaman Kerajaan setiap kelompok pasukan berjumlah 40 orang, dan apabila akan diperagakan sebagaimana halnya pada zaman Kerajaan maka, Kirab ini akan didukung sekitar 700 (tujuh ratus) orang. Apa yang ditampilkan dalam Kirab ini sudah sesuai dengan tata aturan Kerajaan, hanya personil setiap kelompok dikurangi. Pakaian yang dikenakan oleh peserta, juga dengan ketentuan adat yang berlaku pada zaman Kerajaan.
Upacara Adat
Tudang Ade
1. Nama                           : Upacara Tudang Ade (duduk secara Adat)
2. Tempat pelaksanaan    : 108 (seratus delapan) orang
3. Waktu pelaksanaan     : 108 (seratus delapan) orang
4. Maksud diadakannya upacara :  

o  Memusyawarahkan hal-hal penting yang menyangkut pemerintahan atau permasalahan yang dihadapi oleh kerajaan untuk mencapai kesepakatan dan mufakat. Hal ini menunjukkkan bahwa dalam pemerintahannya Raja Bone tidak bersifat otoriter melainkan Demokrasi, karena Raja senantiasa melibatkan seluruh Dewan Kerajaan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut Kerajaan dan kepentingan Rakyat. Selain itu upacara ini juga menunjukkan bahwa Raja Bone adalah seorang Raja yang murah hati dan ramah terhadap bawahannya dengan menjamu mereka makanan ringan khas kerajaan serta perlu untuk diterima secara adat.
o  Apabila Kerajaan kedatangan tamu resmi dari kerajaan lain dan dianggap perlu untuk diterima secara adat.

5. Unsur pelaksanaan Upacara sebanyak 110 orang
6. Rangkaian Upacara sebagai berikut :  
o  Tomarilaleng, Makedang Tana, Ponggawa, Anreguru, Anakarung dan Ade Pitu mengambil tempat yang sudah ditentukan.
o  Arung Palili datang dan mengambil tempat yang sudah ditentukan.
o  Para isteri Ade Pitu dan isteri Bangsawan lain melakukan hal tersebut di atas.
o  Para Joa juga melakukan hal yang sama.
o  Raja dan Permaisuri memasuki ruang pertemuan dan duduk pada tempat yang telah disiapkan.
o  Acara Mappaota, seluruh hadirin disuguhi sirih dan nampak oleh beberapa orang pria untuk tamu pria dan wanita bagi tamu wanita.
o  Arungpone mulai bersabda kemudian terjadi dialog dengan para anggota Dewan Kerajaan dan Para Bangsawan, membicarakan hal penting dalam kerajaan serta mencari jalan pemecahannya melalui musyawarah.
o  Setelah pembicaraan selesai, dihidangkan minuman dan makanan kecil o1eh parakka' (pe1ayan) sesuai adat dan tata cara kerajaan.
o  Arungpone meninggalkan ruang pertemuan diikuti seluruh peserta ”tudang ade”.

Karya Sastra Paseng



1.             Contoh Karya Sastra
Paseng
Engngerangngi duwae - alupaiwi duwae :
·           Engngerangngi pappedecenna tau laingnge lao rilaemu
Engngerang toi pappeja'mu lao ripadammu tau.
·           Alupaiwi pappeja'na padammu tau lao rialemu
Alupai toi pappedecemmu lao ripadammu tau.

Artinya :
Ingat dua hal dan lupakan dua hal :
·           Ingatlah kebaikan orang lain terhadap dirimu
Ingat juga keburukan dirimu terhadap orang lain.
·           Lupakan kebaikan kamu terhadap orang lain
Lupakan juga keburukan orang lain terhadap dirimu.

2.             Kosakata:

-          Engngerangngi
-          Pappedecenna
-          Alupaiwi
-          Pappeja'na

3.             Alasan:

Kosakata tersebut merupakan kata-kata yang mudah diketahui, mempunyai nilai, amanat serta nilai kultural (cultural value), yaitu nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masya­rakat, peradaban, atau kebudayaan yang bersifat membangun.

4.             Makna kosakata berdasarkan konteks karya sastra:

-          Kata Engngerangngi (ingatlah) mempunyai makna yaitu kata tersebut merupakan kata kerja dan bermakna meluas atau generalisasi.

-          Kata Pappedecenna (kebaikan ) mempunyai makna yaitu kata tersebut merupakan kata sifat dan bermakna meluas atau generalisasi.

-          Kata Alupaiwi (Lupakan ) mempunyai makna yaitu kata tersebut merupakan kata kerja dan bermakna Amelioratif. Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
-          Kata Pappeja'na (keburukan ) mempunyai makna yaitu kata tersebut merupakan kata benda dan bermakna kurang baik atau jelek.