Rabu, 25 Februari 2015

Kategori Pengembangan Kosakata



Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinangnya dipungut dari bahasa lain. Kedalam kosakata dasar ini telah termasuk:
1.      Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, mertua.
2.      Nama-nama bagian tubuh; misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu,
3.      Kata ganti (diri, penunjuk); misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana.
4.      Kata bilangan pokok; misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, dua juta.
5.      Kata kerja pokok; misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap.
6.      Kata keadaan pokok; misalnya: suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, banyak, sedikit, miskin, kaya, terang, gelap,
7.      Benda-benda universal; misalnya: tanah, udara, air, api, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan. (Tarigan ; 1983: 9-10).

Professor Edgar Dale beserta rekan-rekannya Yoseph O’Rourke dan Henry A. Bamman (1971:15) telah mengemukakan 13 kategori pengembangan kata yang telah dikategorikan menjadi:
1.      Ujian sebagai pengajaran
2.      Petunjuk konteks
3.      Sinonim, antonim, homonim
4.      Asal-usul kata
5.      Prefiks
6.      Sufiks
7.      Akar kata
8.      Ucapan dan ejaan
9.      Semantik
10.  Majas
11.  Sastra dan pengembangan kosakata
12.  Penggunaan kamus
13.  Permainan kata


1.    Ujian sebagai pengajaran
Ujian atau testing merupakan suatu teknik pengajaran kosakata yang sangat berguna, karena :
1.      Perhatian siswa terarah kesana
2.      Jawaban pertanyaan singkat, tegas
3.      Siswa terlihat secara aktif
4.      Siswa dapatmerasakan manfaat ujian bagi dirinya
5.      Latihan itu umumnya singkat, padat
6.      Sang guru dengan cepat menilai kemajuan siswanya

Pada dasarnya, ada 4 cara untuk menguji atau mentes kosakata, yaitu dengan:
1.      Identifikasi
2.      Pilihan berganda
3.      Menjodohkan
4.      Memeriksa
Dalam keempat kelompok ujian ini, sang guru dapat memanfaatkan aneka teknik untuk menguji dan mengajarkan kosakata.
2.    Petunjuk konteks
           Dengan menggunakan petunjuk-petunjuk konteks, maka pembaca kerapkali dapat menduga, mengira-ngira, membayangkan makna suatu kata asing atau kata baru tanpa membuka kamus.
3.    Sinonim, antonim, homonim
            Sinonim adalah kata kata-kata yang mengandung arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata, atau secara singkat, sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi   berbeda dalam konotasi. Menelaah sinonim merupakan suatu pendekatan yang sangat baik dan juga menghemat waktu bagi telaah kosakata. Memperbandingkan sinonim-sinonim membantu para siswa melihat hubungan antara kata-kata yang bersamaan makna. Selain itu juga menolong para siswa menggeneralisasikan serta mengklasifikasikan kata-kata dan konsep-konsep.
            Berkontras dengan sinonim adalah antonim, yaitu kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang lain. Selain menolong para siswa mempelajari “konsep lawan kata”, berarti pula membantu mereka memperluas konsep negativisme dalam bahasa. Oleh karena itu, mengklarifikasikan antonim-antonim jelas membantu para siswa berpikir dalam istilah-istilah yang memperbedakan atau konsep-konsep serta pernyataan-pernyataan pertentangan.
            Homonim adalah kata-kata yang sama bunyinya tetapi berlainan maknanya. Pengetahuan mengenai homonim jelas turut memperkaya serta memperkembang kosakata para siswa dan juga pengetahuan mengenai praktek penggunaan kamus.
4.    Asal-usul kata
            Seperti juga halnya orang, maka kata-kata pun mempunyai sejarah; muncul dari adanya kebutuhan buat berkomunikasi. Setiap nama pribadi mempunyai asal-usul, sejarah tersendiri. Dengan demikian, sang gurudapat memperkenalkan telaah asal-usul kata dengan cara menarik perhatian para siswa kepada asal-usul nama amereka sendiri.
5.    Afiksasi
            Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata.
6.    Akar kata
            Dalam upaya memperkaya kosakata para siswa dengan mempergunakan teknik telaah akar kata ini, sang guru dapat memanfaatkan falsafah tradisional.  Dapat kita ketahui bahwa mempelajari akar kata merupakan jalan pintas untuk mempelajari beratus-ratus kata. Cara lain untuk memperkaya kosakata para siswa ialah dengan jalan membentuk kata dari akar kata yang tersedia.
7.    Ucapan dan ejaan
            Ucapan dan ejaan sangat berhubungan erat dengan pengembangan kosakata. Kita telah ketahui bahwa pengembangan kosakata pada prinsipnya merupakan pengembangan konsep dan bahwa pengembangan konsep melibatkan kejelian melihat aneka kesamaan dan perbedaan. Ucapan sangat penting dalam pengembangan kosakata karena melibatkan pembedaan antara bunyi-bunyi yang bergabung untuk membentuk kata-kata dan konsep-konsep.
Ucapan dan ejaan merupakan sarana yang kita pergunakan untuk mengirim dan menerima kata-kata dan saling menukar gagasan-gagasan. Sang guru perlu memperingatkan serta menyadarkan para siswa bahwa lafal yang jelek, salah ucapan, dan ejaan yang tidak benar akan membingungkan penyimak atau membaca dan menyebabkan kestatisan dalam sistem komunikasi.
8.    Semantik
             Semantik adalah telaah makna.  Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya, dan perubahannya. Hubungan semantik dengan pengajaran kosakata sangat erat. Telaah semantik akan menyarangkan kepada para guru betapa pentingnya pengalaman dalam penginterpretasian kata. Pengalaman mempengaruhi persepsi maupun konsepsi kita.
9.    Majas
             Majas, kiasan, atau figure of speech adalah kata kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan sesuatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
            Majas dan kosakata mempunyai hubungan erat, hubungan timbal-balik. Kian kaya kosakata seseorang, kian beragam pulalah majas yang dipakainya.  Peningkatan pemakaian majas jelas memperkaya kosakata pemakaiannya. Oleh karena itu, pengajaran majas merupakan suatu teknik penting dalam pengajaran kosakata.
10.              Peribahasa
             Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu.
11.              Sastra
            Membaca sastra dan pembangunan serta peningkatan kosakata, hendaknya berjalan serantak. Memang hampir tidak ada orang yang membaca khusus sastra untuk membangun kosakata. Tetapi harus disadari bahwa kita perlu kosakata yang memadai buat menikmati sastra serta mempelajari sesuatu dari dalamnya.
12.              Menggunakan Kamus
            Kamus tidak hanya sekedar pencatat atau perekam makna kata, jauh lebih dari itu. Dalam beberapa hal, kamus merupakan tempat penyimpangan pengalaman-pengalaman manusia yang telah diberi  nama, dan dengan demikian merupakan sarana penting bagi pengajaran kosakata. Kamus memberikan informasi mengenai derivasi kata, makna kata, ejaannya, dan ucapannya.
Telaah kamus jelas meningkatkan pengertian  para siswa akan istilah-istilah umum, teknis, dan satra. Juga memberikan informasi mengenai penggunaan formal dan informal kata-kata, ungkapan-ungkapan kata-kata asing, kata ganti diri, dan singkatan-singkatan.
13.              Menggunakan permainan kata
            Harus kita sadari bahwa tujuan utama pengajaran kosakata adalah untuk mengembangkan minat para siswa pada kata-kata. Para siswa yang ingin rasa tahunya membara tentu agak mudah memperkaya kosakatanya dan menjadi lebih bersifat mudah membeda-bedakan dan berfikir secara logis.  Pada umunya para si siswa menyenangi dan menghayati aneka permainan dan latihan yang mencakup penggunaan permainan kata-kata, teka-teki, teka-teki silang kata, anagram, dan palindrom.
               

Landasan Neurologis pada Bahasa



Materi 2 : Landasan Neurologis pada Bahasa
Evolusi Otak Manusia
Manusia tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk yang lain selama berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Perkembangan otak dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran. Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak tersebut. Tahap ketiga yaitu munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Tahap terakhir yaitu munculnya dua hemisfir yang asimitris. Dua tahap terakhir ini terjadi pada saat perubahan dari Homo Erectus ke Homo Sapiens.
Otak Manusia VS Otak Binatang
            Disamping bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal lainnya, yang membedakan manusia dari binatang adalah terutama otaknya. Dibadingkan dengan binatang lainnya seperti monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar. Manusia Nanochepalic (manusia kate), yang otaknya hanya sekitar 400 gram dan kira-kira sama dengan berat otak seekor simpanse umur tiga tahun, dapat berbicara secara normal sedangkan simpanse tidak.
Otak Manusia
Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama, yaitu tulang punggung yang terdiri dari sederertan tulang punggung yang bersambung-sambung dan otak. Otak sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu batang otak dan korteks serebral. Tulang punggung dan korteks serebral ini merupakan sistem saraf sentral untuk manusia. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiber yang dinamakan korpus kalosum. Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada disebelah kanan, termasuk muka bagian kanan, sebaliknya hemisfir kanan mengontrol anggota badan dan wajah sebelah kiri. Jadi, dari segi pengontrolan fisik, kedua hemisfir ini saling silang. Korpus Kalosum bertugas mengintergrasi dan mengkoordinir apa yang dilakukan oleh kedua hemisfir tersebut. 
Otak Binatang
            Pada makhluk seperti ikan, tikus dan burung, misalnya korteks serebral boleh dikatakan tidak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Pada makhluk lain seperti simpanse dan gorilla juga tidak terdapat daerah-daerah yang dipakai untuk memproses bahasa. Sementara orang memakai sebagaian besar otaknya untuk proses mental. Dari perbandingan antara otak manusia dan otak binatang yang paling modern sekalipun tampak bahwa baik struktur maupun organisasinya sangat berbeda. Perbedaan neurologis seperti inilah yang membuat manusia dapat berbahasa sedangkan binatang tidak.
Kaitan Otak dengan Bahasa
            Dari struktur serta organisasi otak manusia tampak bahwa otak memegang peran yang sangat penting dalam bahasa. Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu akan ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh konteks primer pendengaran. Didaerah ini bunyi-bunyi
Peran Hemisfir Kiri dan Hemisfir Kanan
            Dari hasil operasi yang dinamakan hemispherectomy-operasi dimana satu hemisfir diambil dalam rangka mencegah epilepsi, terbukti bahwa juga bila hemisfir kiri yang diambil maka kemampua berbahasa orang itu menurun dengan drastis. Sebaliknya bila yang diambil hemisfir kanan, orang tersebut masih dapat berbahasa meskipun tidak sempurna. Orang yang terganggu hemisfir kanannya juga tidak dapat mendeteksi kalimat ambigu, dia juga kesukaran memahami metafora maupun sarkasme.

Gangguan Wicara
            Apabila aliran darah pada otak tidak cukup, atau ada penyempitan pembuluh darah atau gangguan lain yang menyebabkan jumah oksigen yang diperlukan berkurang, maka terjadilah kerusakan pada otak. Penyakit ini disebut Stoke. Stroke mempunyai berbagai akibat, karena adanya kontrol silang dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan, maka stroke yang terdapat pada hemisfir kiri (kalau menyebabkan gangguan fisik) akan menyebabkan gangguan pada belahan badan sebelah maka bagian kiri tubuhlah yang akan terganggu. Pada umunya, kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan afasia (aphasia).
            Macam-macam afasia, yaitu Afasia Broca, Afasia Wernicke, Afasia Anomic, Afasia Global, Afasia Konduksi.
-          Afasia Broca
Kerusakan (yang umumnya disebut lesion) terjadi pada daerah Broca. Karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor maka yang sering terjadi adalah bahwa alat-alat ujaran termasuk mulut, menjadi terganggu, kadang-kadang mulut bisa mencong.
-          Afasia Wernicke
Letak kerusakan pada daerah Wernicke, yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Korteks-korteks lain yang berdekatan juga bisa ikut kena.
-          Afasia Anomic
Kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe parietal atau pada batas antara lobe parietal dengan lobe temporal.
-          Afasia Global
Pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu atau dua daerah saja tetapi dibeberapa daerah yang lain, kerusakan bisa menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor menuju ke lobe parietal, dan sampai ke daerah Wernicke.
-          Afasia Konduksi
Bagian otak yang rusak pada afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal.
Akibat lain dari Stroke
            Pengaruh stroke tidak terbatas hanya pada gangguan wicara saja. Ada gangguan-gangguan lain yang tidak langsung berkaitan dengan bahasa. Orang yang kena stroke juga dapat kehilangan ingatannya. Stroke juga dapat menyebabkan penyakit Prosopagnosia, yakni tidak kenal istri, anak, atau siapapun.  Dalam hal merespon, misalnya, orang yang kena afasia Broca tidak bias menjawab secara lisan, tetapi kalau daerah untuk tulisannya masih utuh, dia bisa menjawab dengan cara menulis. Orang yang korteks pendengarannya terserang, tetapi korteks visualnya masih utuh dapat menerima input lewat tulisan,dst.
Hipotese Umur Kritis
            Sebelum mencapai umur belasan bawah, sekitar umur 12 tahun-an, anak mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa manapun yang disajiakan padanya secara natif. Hal ini tampak terutama pada asennya. Gejala ini dinyatakan dalam hipotese yang bernama Hipotese Umur Kritis yang diajukan oleh Lenneberg (1967). Hipotese umur kritis banyak diperbincangkan orang dan dianut banyak orang, namun adapula yang menyanggahnya.
Kekidalan dan Kekinanan
            Manusia ada yang kidal ada juga yang kinan. Sementara itu, adapula orang yang mampu menggunaka keduanya secara imbang. Orang semacam ini dinamakan Ambidekstrus. Hal ini berarti bahwa meskipun seseorang itu kidal , tetap saja hemisfir yang lebih dominan untuk kebahasaan adalah hemisfir kiri.
Bahasa Sinyal
            Orang yang tidak dapat berkomunikasi secara lisan dapat meggunakan piranti lain, yakni bahasa sinyal. Bahasa ini mempergunakan tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat, seperti pada orang Tuna Rungu. Karena hemisfir kanan lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola-pola visual maka kita mengharapkan hemisfir inilah yang juga mengurusi bahasa sinyal. Mereka yang menderita afasia Broca kesukaran dalam mengsinyalkan apa yang ingin dinyatakan. Mereka mungkin bisa mengsinyalkan kata, tetapi infleksi untuk kata itu, atau fungsi gramatikalnya kacau.
Metode Penelitian Otak
            Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah terdapat CT atau CAT, PET, MRI, dan ERPs. CT atau CAT scan memanfaatkan sumber sinar-X untuk merekam berbagai imaji yang oleh computer kemudian dibentuk imaji tiga dimensi dari seluruh atau sebagian otak. Berbeda (Positron Emission Tomography dapat mempertunjukkan kegiatan otak secara langsung. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah. ERPs (Event Related Potentials) mengukur perubahan-perubahan voltase pada otak yang berkaitan dengan hal-hal yang sensory, motorik, atau kognitif.