A.
Tokoh-tokoh Formalis
Tokoh teori
formalisme berasal dari Rusia yang menamakan dirinya Opayaz, berkembang sekitar
tahun 1914-1930. Teoritis formalisme yang sangat terkenal adalah Victor
Shklovsky, Boris Eichenbaum, Roman Jakobson, Leo Jakubinsky dan Yury Tynyanov .
Boris Eichenbaum memberi penegasan, kaum formalis dipersatukan oleh adanya
gagasan untuk membebaskan diksi puitik dari kekangan intelektualisme dan
moralisme yang diperjuangkan dan menjadi obsesi kaum simbolis. Mereka berusaha
untuk menyanggah prinsip-prinsip estetika subjektif yang didukung kaum simbolis
(yang bersandar pada teori-teorinya Alexander Potebnya, seorang filologis Rusia
yang terpengaruh Willhelm von Humboldt) dengan mengarahkan studinya itu pada suatu
investigasi saintifik yang secara objektif mempertimbangkan fakta-fakta. Di
sisi ini, buah pikir dan gagasan kaum formalis tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan para penyair Futuris Rusia yang kemunculan karya-karyanya pun
merupakan reaksi untuk melakukan perlawanan terhadap poetika kaum simbolis
tersebut.
B.
Tokoh-tokoh Fungsionalis
Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional
yaitu August Comte, Emile Durkheim dan
Herbet Spencer. Teori struktural
fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana
pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer.
Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan
lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara
masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang
disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi
analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh
kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut.
Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di
dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem
tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang.
Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga
jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran
inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai
struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan
Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern.
Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh
pemikiran Max Weber.
C.
Variasi Bahasa
Variasi
Bahasa disebabkan
oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau
kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak
homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi
itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan
keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak.
Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya
keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday
membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian
(register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut,
dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja
dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai
gejala sosial,bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh
faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor
Nonlinguistik yang mempengaruhipemakaian bahasa, yaitu:
- Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkatpendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dsb.
- Faktor-faktor situasional : siapa berbicara denganbahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Karena faktor-faktor di atas, maka timbul lah
keaneka ragaman bahasa yang dimiliki oleh seluruh umat manusia, atau biasa kita
sebut variasi bahasa. Berikut ini pendapat tokoh mengenai variasi bahasa:
Menurut Chaer (2004:62, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal), Variasi
Bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang
sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Jadi, dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan
fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam
bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi
sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
D.
Jenis-jenis Variasi Bahasa
Banyaknya macam dari variasi bahasa, variasi bahasa disebabkan oleh
adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok
yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat
sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa
itu.
Jadi variasi bahasa
itu terjadi sebagai akibat dari
adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu
sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka raga.
1.
Variasi
bahasa dari segi penutur
Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat
individu dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif,
yang berada pada satu tempat/wilayah atau area.
Pembagian
variasi bahasa dari segi penutur adalah sebagai berikut:
a)
Variasi bahasa Idiolek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
Menurut konsep idiolek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya
masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya
bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang paling dominan adalah warna suara, kita
dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara
tersebut Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi disini membedakannya
agak sulit.
b)
Variasi bahasa Dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain
sebagainya.
a)
Variasi bahasa Kronolek atau Dialek Temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa
Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan,
dan variasi bahasa pada masa kini.
b)
Variasi bahasa Sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi
para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
c)
Variasi bahasa berdasarkan Usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan
tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi
remaja atau orang dewasa.
d)
Variasi bahasa berdasarkan Pendidikan
yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna
bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan
berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas.
Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda
penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
e)
Variasi bahasa berdasarkan Seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan
jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang
digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh
bapak-bapak.
f)
Variasi berdasarkan Profesi, Pekerjaan, atau Tugas para penutur.
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait
dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut.
Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan
lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
g)
Variasi bahasa berdasarkan Tingkat Kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi yang
terkait dengan tingkat dan kedudukan penutur (kebangsawanan atau raja-raja)
dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan
oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata,
seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja
menggunakan kata mangkat.
h)
Variasi bahasa berdasarkan Tingkat Ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi
bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan, hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan
sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan.
Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi
yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang
mempunyai tingkat ekonomi lemah.
Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para
penuturnya dikenal adanya
variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan
ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
- Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya.
- Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah.
- Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.
- Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia.
- Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis.
Misalnya dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
- Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll.
- Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet, kaca mata artinya polisi.
- Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2.
Variasi
bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau
fungsinya disebut fungsiolek atau register, adalah variasi bahasa yang
menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya
bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan
sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya
adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata
khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan
penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata
yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni
bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami
dengan mudah.
Komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan
berita secara tepat dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media
cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa
yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau
dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3.
Variasi
bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700)
membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a.
Gaya atau ragam beku
(frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah, dan sebagainya.
b.
Gaya atau ragam
resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, buku pelajaran dan lain
sebagainya.
c.
Gaya atau ragam
usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang
lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang
berorientasi pada hasil atau produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam
formal dan ragam informal atau santai.
d.
Gaya atau ragam
santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada
waktu istirahat dan sebagainya.
e.
Gaya atau ragam
akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para
penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek
dan artikulasi tidak jelas.
4.
Variasi
bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana
atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan
adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam
atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan
struktur yang tidak sama.
E.
Bilingual/Kedwibahasaan
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism)
dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Secara sosialinguistik
secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:
12, Fishman 1975: 73).
Orang yang dapat
menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa
Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua
bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga
kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada
juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga
keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh
seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari
definisi di atas bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua
bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara
bergantian.



0 komentar:
Posting Komentar