Sabtu, 21 Desember 2013

Analisis Komponen Makna dan Medan Makna




A.          Hakekat Analisis Komponen Makna
Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya dengan unsur lain (Chaer, 2009:115).
Pengertian komponen menurut Palmer ialah keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda (Aminuddin, 2008:128). Analisis dengan cara seperti ini sebenarnya bukan hal baru, R. Jacobson dan Morris Halle dalam laporan penelitian mereka tentang bunyi bahasa yang berjudul Preliminaries to Speech Analysis: The Distinctive Features and Their Correlates telah menggunakan cara analisis seperti itu. Dalam laporan itu mereka mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa dengan menyebutkan ciri-ciri pembeda di antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Bunyi-bunyi yang memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda minus (-). Konsep analisis dua-dua ini lazim disebut analisis biner oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain.
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna/ + manusia/, /+ dewasa/, /+ jantan/, /+ kawin/, dan /+ punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan.
1.      Analisis Komponen Makna Kata
Berkaitan dengan analisis komponen makna terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
(1)    Pembeda makna dan hubungan antarkomponen makna
(2)    Langkah analisis komponen makna
(3)    Hambatan analisis komponen makna
(4)    Prosedur analisis komponen makna

a.       Pembeda Makna dan Hubungan antarkomponen Makna

Untuk dapat menganalisi komponen makna seseorang perlu mengetahui hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata. Misalnya kata melompat dan melompat-lompat mempunyai hubungan makna dan perbedaan makna, sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya jika kata melompat dibandingkan dengan kata melihat, terdapat kenyataan bahwa kedua kata itu tidak memperlihatkan hubungan makna. Komponen pembeda makna akan jelas apabila diketahui komponen makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan suatu makna kata.
Berdasarkan hal tersebut di atas pembeda makna akan terjadi karena beberapa hal berikut ini.
(1) Perbedaan bentuk akan melahirkan perbedaan makna; dan
(2) Perubahan bentuk akan melahirkan hubungan makna.

b.      Langkah Analisi Komponen Makna
Menganalisis komponen makna memerlukan langkah-langkah tertentu. Nida (dalam Sudaryat, 2009:57) menyebutkan enam langkah untuk menganalisis komponen makna.
1)   Menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam makna tersebut. Misalnya, dalam kriteria marah terdapat leksem ‘mendongkol’, ‘menggerutu’, ‘mencaci maki’, dan ’mengoceh’.
2)   Mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya. Misalnya, untuk kata ayah terdapat cirri spesifik antara: [+insan], [+jantan], [+kawin], dan [+anak].
3)   Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain. Misalnya, ciri ‘kelamin perempuan’ dapat digunakan untuk kata ibu, kakak perempuan, adik perempuan, bibi dan nenek.
4)   Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata. Misalnya untuk kata ayah terdapat komponen diagnostik ‘jantan’, satu turunan di atas ego.
5)   Mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama.
6)   Mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk matriks.
c.       Hambatan Analisis Komponen Makna
Dalam menganalisis komponen makna, terdapat beberapa kesulitan atau hambatan sebagai berikut (Pateda, 2001:274).
1) Lambang yang didengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstra linguistik.
2) Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya untuk setiap disiplin ilmu. Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi ada pada bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu memiliki medan yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan disiplin ilmu tersebut.
3) Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda.
4) Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk di deskripsikan. Misalnya: liberal, sistem.
5) Leksem yang bersifat dieksis dan fungsional sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: ini, itu, dan, di.
6) Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: binatang, burung, ikan, manusia.
Abdul Chaer (2009:118) menambahkan bahwa dari pengamatan terhadap data unsur-unsur leksikal ada tiga hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan analisis komponen makna.
1). Ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau umum sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk pria dan wanita sedangkan kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai wanita. Unsur leksikal yang bersifat umum seperti kata tersebut dikenal sebagai amggota yang tidak bertanda dari pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini diberi tanda 0 atau ±.
2). Ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara lain kata-kata yang berkenaan dengan warna.
3) Seringkali kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus. Umpamanya ciri [jantan] dan [dewasa] mana yang lebih bersifat umum. Keduanya dapat ditempatkan sebagai unsur yang lebih tinggi dalam diagram yang berlainan. Ciri-ciri semantik ini dikenal sebagai ciri-ciri penggolongan silang
d.      Prosedur Analisis Komponen Makna
Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida (1975:64) menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna yakni penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian (dalam Surayat, 2009:38).
(1.) Penamaan (Penyebutan)
Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarakat pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding, berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat’. Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

(2.) Parafrasis
Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem, misalnya:
1.      Paman dapat diparafrasis menjadi:
(a)     adik laki-laki ayah
(b)    adik laki-laki ibu
1.      berjalan dapat dihubungkan dengan:
(a)     berdarmawisata
(b)    berjalan-jalan
(c)     bertamasya
(d)    makan angin
(e)     pesiar

(3.) Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan cara menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain. Klasifikasi atau taksonomi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks yaitu klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas.

(4.) Pendefinisian
Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata dengan menyampaikan seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat dibedakan dari kata-kata lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan tepat dan sesuai dengan konteks

2.      Manfaat Analisis Komponen Makna
Kajian semantik lewat analisis komponen lebih lanjut juga melatari kehadiran semantik interpretif seperti yang dikembangkan oleh Katz & Fodor. Jerrold J. Katz, mengungkapkan bahwa pemahaman komponen semantis sangat berperanan dalam upaya memahami pesan lewat penguraian fitur semantis suatu utterance. Selain itu, pemahaman komponen semantis juga berperanan dalam memproduksi kalimat-kalimat baru sehingga berbagai struktur sintaktik dan fonologis dapat dikembangkan dan diwujudkan. Pengembangan struktur sintaktik yang dilatari penguasaan komponen semantis yang dalam semantik interpretif, disebutkan memiliki hubungan erat dengan penguasaan makna kata seperti yang terdapat dalam kamus (Aminuddin, 2008). Selain itu Chaer (2009:116-117) juga  memperinci manfaat analisis komponen makna sebagai berikut.
a.         Digunakan untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain
Misalnya kata ayah dan ibu dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya ciri jantan.
Ciri Pembeda
Ayah
Ibu
1. Manusia 
2. Dewasa
3. Kawin
4. Jantan
+
+
+
+
+
+
+
-

b.         Perumusan di dalam kamus

Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwodarminto mendefinisikan kata kuda sebagai ‘binatang menyusui yang berkuku satu dan biasa dipiara orang untuk kendaraan’. Menurut Wunderlich (dalam Pateda, 2001) untuk mendefinisi sesuatu dapat digunakan definisi berdasarkan genus proximum (mengacu kepada rincian secara umum) dan differentia specifica (mengacu kepada spesifikasi sesuatu yang didefinisikan). Jadi ciri ‘binatang menyusui, berkuku satu, dan biasa dipiara orang’ adalah yang menjadi ciri umum dan ciri makna ‘kendaraan’ menjadi ciri khusus yang membedakannya dengan sapi dan kambing.
Ciri Pembeda
Kuda
Sapi
Kambing
1. Menyusui 
2. Berkuku satu
3. Dipiara
4. Kendaraaan
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-

c.         Dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal seperti dalam teori medan makna

d.        Dapat digunakan untuk mencari perbedaan kata-kata yang bersinonim
Kata-kata bersinonim seperti kandang, pondok, rumah, istana, keraton, dan wisma. Kata tersebut dianggap bersinonim dengan makna dasar ‘tempat tinggal’. Kata kandang dapat dibedakan dari kelima kata lain berdasarkan ciri [+manusia] dan [-manusia].
Komponen Makna
Ayah
Ibu
1.      Insane
2.      Dewasa
3.      Jantan
4.      kawin
+
+
+
+
+
+
_
+
Keterangan : tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – tidak mempunyai komponen makna tersebut.

B.          Medan Makna
Medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga.Dengan sistem semantik, tata bahasa atau leksikogramar, dan ekspresi, bahasa telah membingkai atau mengungkung seseorang untuk berpikir, merasakan sesuatu, bersikap atau bertindak, dan berkeyakinan terhadap sesuatu. Dengan kata lain, bahasa telah membingkai kognisi, emosi, sikap, dan unsur spritual seseorang dalam memahami alam semesta.Setiap bahasa memiliki sistim semantik, leksikogramar dan ekspresi yang unik (di samping keuniversalan bahasa) yang membedakan satu bahasa dengan yang lain. Hal ini berimplikasi bahwa pengalaman atau pemahaman tentang realitas yang dibentuk dengan suatu bahasa berbeda dengan pengalaman atau pemahaman yang dibentuk dengan bahasa lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana pembentukan jati diri seseorang atau suatu bangsa. Satu bangsa berbeda dengan yang lain karena persepsi bangsa itu terhadap alam dansosial semesta berbeda dengan persepsi yang lain dan perbedaan persepsi itu akibat perbedaan bahasa.  Semantik merupakan salah satu komponen dalam cabang ilmu linguistik yang mengkhusus dalam pengkajian makna.

Analisis Kata
Aktivitas :
1.      Tangan
2.      Kaki
3.      Mata
Rasa :
1.      Mata
Pembahasan :

Aktivitas :

1.       Tangan

No.


Aktivitas
(Supercordinal)


Bagian Tangan yang bergiat

Subcordinal


Dekomposisi Leksikal

1.       

Dicuci
(dibissai’)

Jari



Memasukkan tangan ke dalam tempat yang berisi air untuk mencuci JARI tangan

2.       

Mengambil
(Makkala)

-        Kelima jari



-        Ujung telunjuk dan ibu jari

Mengambil Benda

-   Mengambil (memegang) dengan mengaut dengan KELIMA JARI
-   Mengambil dengan UJUNG TELUNJUK dan IBU JARI; sejumput

3.       

Menggenggam
(Makkeremmo)

Tangan

Dikepal

Menggenggam sesuatu dengan tangan yang ditekan kuat-kuat; memegang dalam kepalan

4.       

Menyisir
(Majjakka)

Tangan
Jari

Sisir
Tangan (jari-jari)

Menyisir rambut dengan jari tangan atau sisir

5.       

Menunjuk
(Majjello’)

Jari

Jari Telunjuk
Jari Jempol
Jari Kelingking


Menunjuk dengan ke suatu arah dengan jari karena marah


6.       

Menggaruk
(Makkakkang)

Jari-jari



Menggaruk-garuk; menyisir rambut yang kusut dengan jari tangan atau sisir kasar

7.       

Menekan
(Mappesse’)

Tangan


Ibu Jari

Pijat


Pencet

Menekan keras-keras dengan tangan; pijit,
Menekan dengan jari; memencet


8.       

Menarik
(Maggetteng)

Tangan
Jari



Menggunakan tangan atau jari untuk menarik picu

9.       

Memukul
(Maccalla)

Tangan
Jari

Meninju
Menampar
Menjitak


Memukul-mukul dengan tangan dan jari secara cepat

10.   

Digosok
(Maggoggo’)

Tangan
Jari



Menggosokkan ibu jari dengan telunjuk untuk mengadakan bunyi


11.   

Masuk
(Mappattama)

Tangan

Menyuap

Menggunakan jari tangan untuk makan dengan menjemput nasi dan dimasukkan ke mulut

12.   

Memijit
(Mappesse’)

Tangan

Memijat badan
Memijat benda

Memijit dengan jari atau tangan; mengurut

13.   

Menyentuh
(Makkarawa)

Tangan

Jari

Memberi isyarat
Menyentuh benda
Meraba
Memegang
Menggerakkan


Menyentuh dengan tangan atau jari untuk memberi isyarat (memanggil dan sebagainya); menyentuh sesuatu atau benda


14.   

Menjepit
(Majjepi’)

IBU JARI dan TELUNJUK atau JARI lain





Jari



TELUNJUK dan IBU JARI




Dua Jari




Jari



Mencubit









Gepit



Getil/Menggetil






Dipilin




Jepit

Menjepit pipi, tangan, paha, dan sebagainya dengan ibu jari dan telunjuk atau jari lain; menggetil

Menjepit dengan JARI

Menjepit, mencubit dengan TELUNJUK dan IBU JARI; menjentik

Menjepit dengan DUA JARI

Menggunakan JARI untuk menjepit rokok

Menjepit dengan JARI lalu diputar (dipulas)


2.            Kaki
Berjalan (Jokka)
Aktivitas

Objek

Partisipan
Kecepatan berjalan



Cara
Manusia

Binatang

Satu orang
Lebih dari satu orang

Lambat

Cepat

Balita

Anak - Anak
Tertatih - tatih
+
_
_
+
_
+
_

Berjalan dengan langkah yang lamban dan agak terhuyung – huyung ( seperti anak kecil yang baru dapat berjalan).
Ngesot
+
_
_
+
_
+
_

Bergerak maju atau bergerak ke samping menggunakan pantat.
Terseok – seok
+
+
+
+
_
+
_

Berjalan dengan kaki diseret – seret karena berasa berat, karena lelah.
Langkah tegap
_
+
_
+
+
+
_

Melangkahkan kaki bergerak maju dengan tegap.
Lari
_
+
_
+
+
_
+

Berjalan dengan kencang
Merangkak
+
_
_
+
_
+

_

Berjalan dengan bertumpu pada tangan dan lutut.





















Aktivitas  lainnya :
·         Menendang (Mattendang) = menyepak; mendepak (dengan kaki)
·         Menginjak (Makkalejja) = meletakkan kaki pada sesuatu
·         Mengayuh (Marroda’) = Menjalankan sepeda dengan mengayuh atau mengayuh alat fitness
·         Bermain (Maccule) = digunakaun untuk bermain, seperti bermain takrow, sepak bola, dsb.


3.            Mata
Melihat (Makkita)
Aktivitas

Obyek yang dilihat
Partisipan
(orang yang terlibat)


Cara


Arah Bola Mata

Manusia

Benda
Satu orang
Lebih dari satu orang
Bertatapan
(Sipada mattangnga)
+
-
-
+

Saling melihat, saling mengamati. Dilakukan dengan terang – terangan.
Tajam, lurus
Melotot
(Mappasellu mata)
+
-
+
-

Melihat dengan mata yang terbuka lebar. Dilakukan dengan terang – terangan /sembunyi – sembunyi.
Tajam, lurus
Memandang
(Makkita)
+
+
+
+

Melihat, memperhatikan satu arah. Dilakukan dengan terang – terangan.
Bergerak ke kanan, ke kiri, ke bawah dan ke atas
Mengintip
(Maccili)
+
+
+
+

Melihat melalui lubang kecil, bisa juga melalui semak – semak sambil bersembunyi. Dilakukan dengan sembunyi – sembunyi.
Menyempit
Mengintai
+
-
+
+

Mengamati dari jarak jauh dari tempat tersembunyi. Dilakukan dengan sembunyi – sembunyi.
Bergerak ke kanan, ke kiri, ke bawah dan ke atas
Melirik
(Majjelling)
+
+
+
+

Melihat degan tajam ke samping, ke kiri / ke kanan. Dilakukan dengan terang – terangan.
Bergerak ke kanan dan ke kiri
Menatap
(Mattangnga)
+
+
+
+

Mengamati / melihat dekat – dekat dengan teliti.Dilakukan dengan terang – terangan.
Tajam, lurus


Rasa :
1.      Mata

No.
Rasa
Penjelasan
1.       
Mengantuk (Cakkaruddu)
Rasa ingin tidur
2.       
Menangis (Teri’)

Melahirkan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dsb) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit)
3.       
Gatal ( Makate’)
Berasa sangat geli yg merangsang
4.       
Pedih/Perih (Mapesse’)

Merintih menahan karena terkena tetesan air sabun dan sebagainya
5.       
Tidur (Matinro)

Dalam keadaan berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata)/ mengistirahatkan badan dan kesadarannya
6.       
Kedutan

Bergetarnya urat-urat pada kelompok mata dsb (yang dianggap sebagai alamat atau pertanda)
7.       
Sakit Mata (Peddi’ Mata)

Berasa tidak nyaman dibagian mata karena menderita sesuatu/ tidak enak dilihat



0 komentar:

Posting Komentar