A.
Hakekat
Analisis Komponen Makna
Komponen makna atau komponen semantik (semantic
feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa
setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang
bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis
ini mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri
yang membedakannya dengan unsur lain (Chaer, 2009:115).
Pengertian komponen menurut Palmer ialah
keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri atas sejumlah elemen, yang antara
elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda (Aminuddin,
2008:128). Analisis dengan cara seperti ini sebenarnya bukan hal baru, R.
Jacobson dan Morris Halle dalam laporan penelitian mereka tentang bunyi bahasa
yang berjudul Preliminaries to Speech Analysis: The Distinctive Features and
Their Correlates telah menggunakan cara analisis seperti itu. Dalam laporan
itu mereka mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa dengan menyebutkan ciri-ciri
pembeda di antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Bunyi-bunyi yang
memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu
diberi tanda minus (-). Konsep analisis dua-dua ini lazim disebut analisis
biner oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata
dengan kata yang lain.
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu
terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk
keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau
disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.
Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna/ + manusia/, /+ dewasa/, /+
jantan/, /+ kawin/, dan /+ punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu
hanyalah pada ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan,
sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan.
1.
Analisis Komponen Makna Kata
Berkaitan dengan analisis komponen makna
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
(1) Pembeda makna dan
hubungan antarkomponen makna
(2) Langkah analisis komponen
makna
(3) Hambatan analisis
komponen makna
(4) Prosedur analisis komponen
makna
a.
Pembeda Makna dan Hubungan antarkomponen Makna
Untuk dapat menganalisi komponen makna
seseorang perlu mengetahui hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata.
Misalnya kata melompat dan melompat-lompat mempunyai hubungan
makna dan perbedaan makna, sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya
jika kata melompat dibandingkan dengan kata melihat, terdapat
kenyataan bahwa kedua kata itu tidak memperlihatkan hubungan makna. Komponen
pembeda makna akan jelas apabila diketahui komponen makna. Komponen makna
diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan
ketidaksamaan suatu makna kata.
Berdasarkan hal
tersebut di atas pembeda makna akan terjadi karena beberapa hal berikut ini.
(1) Perbedaan
bentuk akan melahirkan perbedaan makna; dan
(2) Perubahan
bentuk akan melahirkan hubungan makna.
b.
Langkah Analisi Komponen Makna
Menganalisis komponen makna memerlukan
langkah-langkah tertentu. Nida (dalam Sudaryat, 2009:57) menyebutkan enam
langkah untuk menganalisis komponen makna.
1) Menyeleksi
sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang umum dengan pengertian
makna yang dipilih masih berada di dalam makna tersebut. Misalnya, dalam
kriteria marah terdapat leksem ‘mendongkol’, ‘menggerutu’, ‘mencaci
maki’, dan ’mengoceh’.
2) Mendaftar
semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya. Misalnya, untuk kata ayah
terdapat cirri spesifik antara: [+insan], [+jantan], [+kawin], dan [+anak].
3) Menentukan
komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain. Misalnya, ciri ‘kelamin
perempuan’ dapat digunakan untuk kata ibu, kakak perempuan, adik perempuan,
bibi dan nenek.
4) Menentukan
komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata. Misalnya untuk kata
ayah terdapat komponen diagnostik ‘jantan’, satu turunan di atas ego.
5) Mengecek data
yang dilakukan pada langkah pertama.
6) Mendeskripsikan komponen diagnostiknya,
misalnya dalam bentuk matriks.
c.
Hambatan Analisis Komponen Makna
Dalam menganalisis komponen makna, terdapat
beberapa kesulitan atau hambatan sebagai berikut (Pateda, 2001:274).
1) Lambang yang didengar atau dibaca tidak
diikuti dengan unsur-unsur suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstra
linguistik.
2) Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya
untuk setiap disiplin ilmu. Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi
ada pada bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu
memiliki medan yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan disiplin
ilmu tersebut.
3) Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian
yang berbeda-beda.
4) Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk di
deskripsikan. Misalnya: liberal, sistem.
5) Leksem yang bersifat dieksis dan fungsional
sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: ini, itu, dan, di.
6) Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk
dideskripsikan. Misalnya: binatang, burung, ikan, manusia.
Abdul Chaer (2009:118) menambahkan bahwa dari
pengamatan terhadap data unsur-unsur leksikal ada tiga hal yang perlu
dikemukakan berkenaan dengan analisis komponen makna.
1). Ada pasangan kata yang salah satu
daripadanya lebih bersifat netral atau umum sedangkan yang lain lebih bersifat
khusus. Misalnya pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa
lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk pria dan wanita sedangkan
kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai wanita. Unsur
leksikal yang bersifat umum seperti kata tersebut dikenal sebagai amggota yang
tidak bertanda dari pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini
diberi tanda 0 atau ±.
2). Ada kata atau unsur leksikal yang sukar
dicari pasangannya karena memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang
mempunyai pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara
lain kata-kata yang berkenaan dengan warna.
3) Seringkali
kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang lebih
bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus. Umpamanya ciri [jantan] dan
[dewasa] mana yang lebih bersifat umum. Keduanya dapat ditempatkan sebagai
unsur yang lebih tinggi dalam diagram yang berlainan. Ciri-ciri semantik ini
dikenal sebagai ciri-ciri penggolongan silang
d.
Prosedur Analisis Komponen Makna
Untuk
menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida (1975:64)
menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna yakni penamaan,
parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian (dalam Surayat, 2009:38).
(1.) Penamaan
(Penyebutan)
Proses penamaan berkaitan dengan acuannya.
Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan
masyarakat pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya.
Misalnya, leksem rumah mengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding,
berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat’. Ada
beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2)
penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5)
penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8)
penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10) penyebutan
pengistilahan.
(2.) Parafrasis
Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu
leksem, misalnya:
1.
Paman dapat diparafrasis menjadi:
(a) adik laki-laki ayah
(b) adik laki-laki ibu
1.
berjalan dapat dihubungkan dengan:
(a) berdarmawisata
(b) berjalan-jalan
(c) bertamasya
(d) makan angin
(e)
pesiar
(3.) Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah cara memberikan
pengertian pada suatu kata dengan cara menghubungkan kata yang satu dengan kata
yang lain. Klasifikasi atau taksonomi merupakan suatu proses yang bersifat
alamiah untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia.
Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang
terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks
yaitu klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas.
(4.) Pendefinisian
Pendefinisian
adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata dengan menyampaikan
seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat dibedakan dari kata-kata
lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan tepat dan sesuai dengan konteks
2.
Manfaat Analisis Komponen Makna
Kajian semantik lewat analisis komponen lebih
lanjut juga melatari kehadiran semantik interpretif seperti yang dikembangkan
oleh Katz & Fodor. Jerrold J. Katz, mengungkapkan bahwa pemahaman komponen
semantis sangat berperanan dalam upaya memahami pesan lewat penguraian fitur
semantis suatu utterance. Selain itu, pemahaman komponen semantis juga
berperanan dalam memproduksi kalimat-kalimat baru sehingga berbagai struktur
sintaktik dan fonologis dapat dikembangkan dan diwujudkan. Pengembangan
struktur sintaktik yang dilatari penguasaan komponen semantis yang dalam
semantik interpretif, disebutkan memiliki hubungan erat dengan penguasaan makna
kata seperti yang terdapat dalam kamus (Aminuddin, 2008). Selain itu Chaer
(2009:116-117) juga memperinci manfaat analisis komponen makna sebagai
berikut.
a.
Digunakan untuk membedakan makna suatu kata
dengan kata yang lain
Misalnya kata ayah dan ibu dapat dibedakan
berdasarkan ada atau tidak adanya ciri jantan.
Ciri Pembeda
|
Ayah
|
Ibu
|
1. Manusia
2.
Dewasa
3.
Kawin
4.
Jantan
|
+
+
+
+
|
+
+
+
-
|
b.
Perumusan di dalam kamus
Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S
Poerwodarminto mendefinisikan kata kuda sebagai ‘binatang menyusui yang
berkuku satu dan biasa dipiara orang untuk kendaraan’. Menurut Wunderlich
(dalam Pateda, 2001) untuk mendefinisi sesuatu dapat digunakan definisi
berdasarkan genus proximum (mengacu kepada rincian secara umum) dan differentia
specifica (mengacu kepada spesifikasi sesuatu yang didefinisikan). Jadi
ciri ‘binatang menyusui, berkuku satu, dan biasa dipiara orang’ adalah yang
menjadi ciri umum dan ciri makna ‘kendaraan’ menjadi ciri khusus yang
membedakannya dengan sapi dan kambing.
Ciri Pembeda
|
Kuda
|
Sapi
|
Kambing
|
1.
Menyusui
2.
Berkuku satu
3.
Dipiara
4.
Kendaraaan
|
+
+
+
+
|
+
+
+
-
|
+
+
+
-
|
c.
Dapat menggolong-golongkan kata atau unsur
leksikal seperti dalam teori medan makna
d.
Dapat digunakan untuk mencari perbedaan
kata-kata yang bersinonim
Kata-kata bersinonim seperti kandang,
pondok, rumah, istana, keraton, dan wisma. Kata tersebut dianggap
bersinonim dengan makna dasar ‘tempat tinggal’. Kata kandang dapat
dibedakan dari kelima kata lain berdasarkan ciri [+manusia] dan [-manusia].
Komponen Makna
|
Ayah
|
Ibu
|
1.
Insane
2.
Dewasa
3.
Jantan
4.
kawin
|
+
+
+
+
|
+
+
_
+
|
Keterangan : tanda + mempunyai komponen makna
tersebut, dan tanda – tidak mempunyai komponen makna tersebut.
B.
Medan Makna
Medan makna
(semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya,
nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga.Dengan sistem semantik, tata bahasa atau
leksikogramar, dan ekspresi, bahasa telah membingkai atau mengungkung seseorang
untuk berpikir, merasakan sesuatu, bersikap atau bertindak, dan berkeyakinan terhadap sesuatu. Dengan kata lain,
bahasa telah membingkai kognisi, emosi, sikap, dan unsur spritual
seseorang dalam memahami alam semesta.Setiap bahasa memiliki sistim semantik,
leksikogramar dan ekspresi yang unik (di samping keuniversalan bahasa) yang membedakan satu bahasa dengan yang lain.
Hal ini berimplikasi bahwa
pengalaman atau pemahaman tentang realitas yang dibentuk dengan suatu
bahasa berbeda dengan pengalaman atau pemahaman yang dibentuk dengan
bahasa lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana pembentukan jati diri
seseorang atau suatu bangsa. Satu bangsa berbeda dengan yang lain karena
persepsi bangsa itu terhadap alam dansosial semesta berbeda dengan persepsi
yang lain dan perbedaan persepsi itu akibat perbedaan bahasa. Semantik
merupakan salah satu komponen dalam cabang ilmu linguistik yang mengkhusus dalam
pengkajian makna.
Analisis
Kata
Aktivitas :
1.
Tangan
2.
Kaki
3.
Mata
Rasa :
1.
Mata
Pembahasan
:
Aktivitas :
1.
Tangan
No.
|
Aktivitas
(Supercordinal)
|
Bagian Tangan
yang bergiat
|
Subcordinal
|
Dekomposisi
Leksikal
|
1.
|
Dicuci
(dibissai’)
|
Jari
|
Memasukkan tangan ke dalam tempat yang berisi air untuk mencuci JARI
tangan
|
|
2.
|
Mengambil
(Makkala)
|
-
Kelima jari
-
Ujung
telunjuk dan ibu jari
|
Mengambil
Benda
|
- Mengambil (memegang) dengan
mengaut dengan KELIMA JARI
- Mengambil dengan UJUNG TELUNJUK
dan IBU JARI; sejumput
|
3.
|
Menggenggam
(Makkeremmo)
|
Tangan
|
Dikepal
|
Menggenggam sesuatu dengan tangan yang ditekan kuat-kuat;
memegang dalam kepalan
|
4.
|
Menyisir
(Majjakka)
|
Tangan
Jari
|
Sisir
Tangan
(jari-jari)
|
Menyisir rambut dengan jari tangan atau sisir
|
5.
|
Menunjuk
(Majjello’)
|
Jari
|
Jari Telunjuk
Jari Jempol
Jari
Kelingking
|
Menunjuk dengan ke suatu arah dengan jari karena marah
|
6.
|
Menggaruk
(Makkakkang)
|
Jari-jari
|
Menggaruk-garuk; menyisir rambut yang kusut dengan jari tangan
atau sisir kasar
|
|
7.
|
Menekan
(Mappesse’)
|
Tangan
Ibu Jari
|
Pijat
Pencet
|
Menekan keras-keras dengan tangan; pijit,
Menekan dengan jari; memencet
|
8.
|
Menarik
(Maggetteng)
|
Tangan
Jari
|
Menggunakan tangan atau jari untuk menarik picu
|
|
9.
|
Memukul
(Maccalla)
|
Tangan
Jari
|
Meninju
Menampar
Menjitak
|
Memukul-mukul dengan tangan dan jari secara cepat
|
10.
|
Digosok
(Maggoggo’)
|
Tangan
Jari
|
Menggosokkan ibu jari dengan telunjuk untuk mengadakan bunyi
|
|
11.
|
Masuk
(Mappattama)
|
Tangan
|
Menyuap
|
Menggunakan jari tangan untuk makan dengan menjemput nasi dan
dimasukkan ke mulut
|
12.
|
Memijit
(Mappesse’)
|
Tangan
|
Memijat badan
Memijat benda
|
Memijit dengan jari atau tangan; mengurut
|
13.
|
Menyentuh
(Makkarawa)
|
Tangan
Jari
|
Memberi
isyarat
Menyentuh
benda
Meraba
Memegang
Menggerakkan
|
Menyentuh dengan tangan atau jari untuk memberi isyarat
(memanggil dan sebagainya); menyentuh sesuatu atau benda
|
14.
|
Menjepit
(Majjepi’)
|
IBU JARI dan TELUNJUK
atau JARI lain
Jari
TELUNJUK dan
IBU JARI
Dua Jari
Jari
|
Mencubit
Gepit
Getil/Menggetil
Dipilin
Jepit
|
Menjepit pipi, tangan, paha, dan sebagainya dengan ibu jari dan
telunjuk atau jari lain; menggetil
Menjepit dengan JARI
Menjepit, mencubit dengan TELUNJUK dan IBU JARI;
menjentik
Menjepit dengan DUA JARI
Menggunakan JARI untuk menjepit rokok
Menjepit dengan JARI lalu diputar (dipulas)
|
2.
Kaki
Berjalan
(Jokka)
Aktivitas
|
Objek
|
Partisipan
|
Kecepatan berjalan
|
Cara
|
|||||
Manusia
|
Binatang
|
Satu orang
|
Lebih dari satu orang
|
Lambat
|
Cepat
|
||||
Balita
|
Anak - Anak
|
||||||||
Tertatih - tatih
|
+
|
_
|
_
|
+
|
_
|
+
|
_
|
Berjalan
dengan langkah yang lamban dan agak terhuyung – huyung ( seperti anak kecil
yang baru dapat berjalan).
|
|
Ngesot
|
+
|
_
|
_
|
+
|
_
|
+
|
_
|
Bergerak maju
atau bergerak ke samping menggunakan pantat.
|
|
Terseok – seok
|
+
|
+
|
+
|
+
|
_
|
+
|
_
|
Berjalan
dengan kaki diseret – seret karena berasa berat, karena lelah.
|
|
Langkah tegap
|
_
|
+
|
_
|
+
|
+
|
+
|
_
|
Melangkahkan
kaki bergerak maju dengan tegap.
|
|
Lari
|
_
|
+
|
_
|
+
|
+
|
_
|
+
|
Berjalan
dengan kencang
|
|
Merangkak
|
+
|
_
|
_
|
+
|
_
|
+
|
_
|
Berjalan
dengan bertumpu pada tangan dan lutut.
|
|
Aktivitas
lainnya :
·
Menendang
(Mattendang) = menyepak;
mendepak (dengan kaki)
·
Menginjak
(Makkalejja) = meletakkan kaki pada sesuatu
·
Mengayuh
(Marroda’) = Menjalankan
sepeda dengan mengayuh atau mengayuh alat
fitness
·
Bermain
(Maccule) = digunakaun
untuk bermain, seperti bermain takrow, sepak bola, dsb.
3.
Mata
Melihat
(Makkita)
Aktivitas
|
Obyek yang
dilihat
|
Partisipan
(orang yang
terlibat)
|
Cara
|
Arah Bola Mata
|
||
Manusia
|
Benda
|
Satu orang
|
Lebih dari satu orang
|
|||
Bertatapan
(Sipada mattangnga)
|
+
|
-
|
-
|
+
|
Saling
melihat, saling mengamati. Dilakukan dengan terang – terangan.
|
Tajam, lurus
|
Melotot
(Mappasellu mata)
|
+
|
-
|
+
|
-
|
Melihat
dengan mata yang terbuka lebar. Dilakukan dengan terang – terangan /sembunyi
– sembunyi.
|
Tajam, lurus
|
Memandang
(Makkita)
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Melihat, memperhatikan
satu arah. Dilakukan dengan terang – terangan.
|
Bergerak ke kanan, ke kiri, ke bawah dan ke
atas
|
Mengintip
(Maccili)
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Melihat
melalui lubang kecil, bisa juga melalui semak – semak sambil bersembunyi.
Dilakukan dengan sembunyi – sembunyi.
|
Menyempit
|
Mengintai
|
+
|
-
|
+
|
+
|
Mengamati
dari jarak jauh dari tempat tersembunyi. Dilakukan dengan sembunyi –
sembunyi.
|
Bergerak ke kanan, ke kiri, ke bawah dan ke
atas
|
Melirik
(Majjelling)
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Melihat degan
tajam ke samping, ke kiri / ke kanan. Dilakukan dengan terang – terangan.
|
Bergerak ke kanan dan ke kiri
|
Menatap
(Mattangnga)
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Mengamati /
melihat dekat – dekat dengan teliti.Dilakukan dengan terang – terangan.
|
Tajam, lurus
|
Rasa :
1.
Mata
No.
|
Rasa
|
Penjelasan
|
1.
|
Mengantuk
(Cakkaruddu)
|
Rasa ingin tidur
|
2.
|
Menangis
(Teri’)
|
Melahirkan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dsb) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara
(tersedu-sedu, menjerit-jerit)
|
3.
|
Gatal (
Makate’)
|
Berasa sangat geli yg merangsang
|
4.
|
Pedih/Perih
(Mapesse’)
|
Merintih menahan karena terkena tetesan air sabun dan sebagainya
|
5.
|
Tidur
(Matinro)
|
Dalam keadaan berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (biasanya
dengan memejamkan mata)/ mengistirahatkan badan dan kesadarannya
|
6.
|
Kedutan
|
Bergetarnya urat-urat pada kelompok mata dsb (yang dianggap
sebagai alamat atau pertanda)
|
7.
|
Sakit Mata
(Peddi’ Mata)
|
Berasa tidak nyaman dibagian mata karena menderita sesuatu/ tidak
enak dilihat
|



0 komentar:
Posting Komentar