Kata Pengantar
Puji dan
Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Ritual Upacara Lecce Bola (Pindah Rumah)”.
Makalah ini
telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Makassar,
5 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A.
Mengapa dan untuk apa ?............................................................................
B.
Prosesi Ritual................................................................................................
C.
Fungsi dan Makna ........................................................................................
C. Tujuan
..........................................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas
adalah bagaimana
gambaran pelaksanaan upacara lecce bola.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mengapa dan untuk apa ?
Kepercayaan yang mendasari upacara ini disebakan rasa
takut akan bahaya-bahaya bila tidak melaksanakan upacara dan
dianggap sebagai pelanggaran adat. Sebab upacaa ini merupakan adat istiadat
yang dilakukan secara turun temurun. Hingga sampai sekarang walaupun zaman teah
canggih.
Selain itu dilaksanakannya upacara ini untuk menolak
atau menahan dari gangguan mahluk halus. Dan juaga untuk kebaikan dan
keselamatan di kemudian hari. Dalam pelaksanaan upacara ini terdapat unsur unsu
yang sesuai degan ajaran akidah islam seperti pembacaan ayat suci aluqr’an,
bersalawat, dan baca doa, namun ada juga yang bertentangn seperti menyediakan
beberapa macam kue-kue, sesajen, pidiuduk, yang bertujuan menghindarkan dr
mahluk halus hal ini tidak dibenarkan islam karna dapat membawa kepada
perbuatan setan/syirik.
B.
Prosesi Ritual
Dalam budaya masyarakat Bugis ketika sebuah
keluarga akan membangun rumah atau pindah ke rumah baru terdapat serangkaian
upacara adat yang harus dijalankan, mulai saat persiapan bahan-bahan untuk
membangun rumah, ketika rumah akan dibangun/didirikan, lalu ketika rumah
tersebut siap untuk ditinggali, bahkan saat rumah tersebut sudah dihuni.
Rangkaian upacara adat tersebut adalah sebagai
berikut :
Tahap
Upacara Makkarawa Bola
Makkarawa Bola terdiri dari dua kata yaitu
Makkarawa (memegang) dan Bola (rumah), jadi makkarawa bola bisa diartikan
memegang, mengerjakan, atau membuat peralatan rumah yang telah direncanakan
untuk didirikan dengan maksud untuk memohon restu kepada Tuhan agar diberikan
perlindungan dan keselamatan dalam penyelesaian rumah yang akan dibangun
tersebut. Tempat dan waktu upacara ini diadakan di tempat dimana bahan–bahan
itu dikerjakan oleh Panre (tukang) karena bahan–bahan itu juga turut dimintakan
doa restu kepada Tuhan. Waktu penyelenggaraan upacara ini ialah pada waktu yang
baik dengan petunjuk panrita bola, yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin
upacara.
Bahan–bahan upacara yang harus dipersiapkan
terdiri atas : ayam dua ekor, dimana ayam ini harus dipotong karena darahnya
diperlukan untuk pelaksanaan upacara kemudian tempurung kelapa daun waru
sekurang – kurangnya tiga lembar. Tahap pelaksanaan upacara makkarawa bola ini
ada tiga, yaitu 1. waktu memulai melicinkan tiang dan peralatannya disebut
makkattang, 2. waktu mengukur dan melobangi tiang dan peralatannya yang disebut
mappa, 3. waktu memasang kerangka disebut mappatama areteng.
Setelah para
penyelenggara dan peserta upacara hadir, maka ayam yang telah disediakan itu
dipotong lalu darahnya disimpan dalam tempurung kelapa yang dilapisi dengan
daun waru, sesudah itu darah ayam itu disapukan pada bahan yang akan
dikerjakan. Dimulai pada tiang pusat, disertai dengan niat agar selama rumah
itu dikerjakan tuan rumah dan tukangnya dalam keadaan sehat dan baik–baik, bila
saat bekerja akan terjadi bahaya atau kesusahan, maka cukuplah ayam itu sebagai
gantinya. Selama pembuatan peralatan rumah itu berlangsung dihidangkan kue–kue
tradisional seperti : Suwella, Sanggara, Onde-Onde, Roko–roko unti sering juga
disebut doko-doko, Peca’ Beppa, Barongko dan Beppa loka, dan lain – lainnya.
Tahap Upacara
Mappatettong Bola (Mendirikan Rumah)
Tujuan upacara
ini sebagai permohonan doa restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar rumah yang
didirikan itu diberkahi dan dilindungi dari pengaruh-pengaruh roh jahat yang
mungkin akan menganggu penghuninya. Upacara ini diadakan di tempat atau lokasi
dimana rumah itu didirikan, sebagai bentuk penyampaian kepada roh-roh halus
penjaga – penjaga tempat itu bahwa orang yang pernah memohon izin pada waktu
yang lalu sekarang sudah datang dan mendirikan rumahnya. Sehari menjelang
dirikan pembangunan rumah baru itu, maka pada malam harinya dilakukan pembacaan
kitab barzanji.
Adapun
bahan–bahan dan alat–alat kelengkapan upacara itu terdiri tas : ayam ’bakka’
dua ekor, satu jantan dan satu betina. Darah kedua ayam ini diambil untuk
disapukan dan disimpan pada tiang pusat rumah, ini mengandung harapan agar tuan
rumah berkembang terus baik harta maupun keturunannya. Selain itu, Bahan–bahan
yang ditanam pada tempat posi bola (pusat atau bagian tengah rumah) dan aliri
pakka yang akan didirikan ini terdiri atas : awali (periuk tanah atau
tembikar), sung appe (sudut tikar dari daun lontar), balu mabbulu (bakul yang
baru selesai dianyam), penno-penno (semacam tumbuh-tumbuhan berumbi seperti
bawang), kaluku (kelapa), Golla Cella (gula merah), Aju cenning (kayu manis),
dan buah pala. Kesemua bahan tersebut diatas dikumpul bersama – sama dalam
kuali lalu ditanam di tempat dimana direncanakan akan didirikan aliri posi bola
itu dengan harapan agar pemilik rumah bisa hidup bahagia, aman, tenteram, dan
serba cukup.
Setelah tiang berdiri seluruhnya, maka disediakan pula sejumlah bahan – bahan yang akan disimpan di posi bola seperti kain kaci (kain putih) 1 m, diikatkan pada posi bola, padi dua ikat, golla cella (gula merah), kaluku (kelapa), saji pattapi (nyiru), sanru (sendok sayur), piso (pisau), pakkerri (kukur kelapa). Bahan–bahan ini disimpan diatas disimpan dalam sebuah balai – balai di dekat posi bola. Bahan ini semua mengandung nilai harapan agar kehidupan dalam rumah itu serba lengkap dan serba cukup. Setelah kesemuanya itu sudah dilaksanakan, barulah tiba saat Mappanre Aliri, memberi makan orang – orang yang bekerja mendirikan tiang – tiang rumah itu. Makanan yangf disajikan terdiri atas sokko (ketan), dan pallise, yang mengandung harapan agar hidup dalam rumah baru tersebut dapat senantiasa dalam keadaan cukup.
Setelah tiang berdiri seluruhnya, maka disediakan pula sejumlah bahan – bahan yang akan disimpan di posi bola seperti kain kaci (kain putih) 1 m, diikatkan pada posi bola, padi dua ikat, golla cella (gula merah), kaluku (kelapa), saji pattapi (nyiru), sanru (sendok sayur), piso (pisau), pakkerri (kukur kelapa). Bahan–bahan ini disimpan diatas disimpan dalam sebuah balai – balai di dekat posi bola. Bahan ini semua mengandung nilai harapan agar kehidupan dalam rumah itu serba lengkap dan serba cukup. Setelah kesemuanya itu sudah dilaksanakan, barulah tiba saat Mappanre Aliri, memberi makan orang – orang yang bekerja mendirikan tiang – tiang rumah itu. Makanan yangf disajikan terdiri atas sokko (ketan), dan pallise, yang mengandung harapan agar hidup dalam rumah baru tersebut dapat senantiasa dalam keadaan cukup.
Tahap Upacara Menre
Bola Baru (Naik Rumah Baru)
Tujuannya sebagai
pemberitahuan tuan rumah kepada sanak keluarga dan tetangga sedesa bahwa
rumahnya telah selesai dibangun, selain sebagai upacara doa selamat agar rumah
baru itu diberi berkah oleh Tuhan dan dilindungi dari segala macam bencana.
Perlengkapan upacara yang disiapkan adalah dua ekor ayam putih jantan dan
betina, loka (utti) manurung, loka / otti (pisang) panasa (nangka), kaluku
(kelapa), golla cella (gula merah), tebbu (tebu), panreng (nenas) yang sudah tua.
Sebelum tuan rumah (suami isteri) naik ke rumah secara resmi, maka terlebih
dahulu bahan bahan tersebut diatas disimpan di tempatnya masing – masing, yaitu
: (1) Loka manurung, kaluku, golla cella, tebu, panreng dan panasa di tiang
posi bola. (2) Loka manurung disimpan di masing–masing tiang sudut rumah. Tuan
rumah masing–masing membawa seekor ayam putih. Suami membawa ayam betina dan
isteri membawa ayam jantan dengan dibimbing oleh seorang sanro bola atau orang
tertua dari keluarga yang ahli tentang adat berkaitan dengan rumah. Sesampainya
diatas rumah kedua ekor ayam itu dilepaskan, sebelum sampai setahun umur rumah
itu, maka ayam tersebut belum boleh disembelih, karena dianggap sebagai penjaga
rumah. Setelah peserta upacara hadir diatas rumah maka disuguhkanlah
makanan–makanan / kue–kue seperti suwella, jompo–jompo, curu maddingki,
lana–lana (bedda), konde–konde (umba–umba), sara semmu, doko–doko, lame–lame.
Pada malam harinya diadakanlah pembacaan Kitab Barzanji oleh Imam Kampung,
setelah tamu pada malam itu pulang semua, tuan rumah tidur di ruang depan.
Besok malamnya barulah boleh pindah ke ruang tengah tempat yang memang
disediakan untuknya.
Tahap Upacara
Maccera Bola
Setelah rumah itu
berumur satu tahun maka diadakanlah lagi upacara yang disebut maccera bola.
“Maccera Bola” artinya memberi darah kepada rumah itu dan merayakannya. Jadi
sama dengan ulang tahun. Darah yang dipakai maccera ialah darah ayam yang
sengaja dipotong untuk itu, pada waktu menyapukan darah pada tiang rumah
dibacakan mantra, “Iyyapa uitta dara narekko dara manu”, artinya nantinya
melihat darah bila itu darah ayam. Ini maksudnya agar rumah terhindar dari
bahaya. Pelaku maccera bola ialah sanro (dukun) bola atau tukang rumah itu
sendiri.
Tahap selanjutnya ialah tuan ruma
sandro, serta tetangga dan partisipan bergotong royong mengangkat plappon rumah
dan memasang tiang tiang yang lainnya. Setelah semua terpasang dan kerangka
rumahpun berdiri. Setelah itu barulah kemudian disambung denga acara mabbaca
doing(membaca doa) yang dipimpin oleh sandro. Adapun persyaratan dalam mabbaca
doing ialah, dupa, berre’tudang, atau piduduk, nandre sibaki, dan kue kue
lainnya. Setelah ritual mabbaca doing selesai maka acara dilanjutkan dengan
mandre-mandre(makan-makan) oleh semua orang yang hadir.
C.
Fungsi dan Makna Upacara
Ada
dua pandangan yang dapt kita tarik sebagai fungsi dan makna dari upacara ini,
yang pertama dari segi social, yaitu untuk mempererat silaturrahmi antara
sesame RT (rukuntetangga), gotong royong bahu membahu, saling bantu, makan-makan
dll. Namun bila dipandang dari segi mitologinya, ialah bahwa pada pelaksaan
Upacara ini dilakukan agar rumah yang nantinya akn dikerjakan akan cepat
selesai dan lancer tidak ada hambatan. Baik dari materi maupun nonmateri, dan
dari segi mistis, agar tidak diganggu mahlluk halus atau roh yang tidak
kasatmata Yang ada disekitar lokasi bangunan rumah tersebut.
D.
Tujuan Upacara
Tujuan upacara ini sebagai permohonan doa
restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar rumah yang didirikan itu diberkahi dan
dilindungi dari pengaruh-pengaruh roh jahat yang mungkin akan menganggu
penghuninya. Upacara ini diadakan di tempat atau lokasi dimana rumah itu
didirikan, sebagai bentuk penyampaian kepada roh-roh halus penjaga – penjaga
tempat itu bahwa orang yang pernah memohon izin pada waktu yang lalu sekarang
sudah datang dan mendirikan rumahnya. Sehari menjelang dirikan pembangunan
rumah baru itu, maka pada malam harinya dilakukan pembacaan kitab barzanji.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan upacara ini terdapat unsur
unsu yang sesuai degan ajaran akidah Islam seperti pembacaan ayat suci Al-Qur’an,
bershalawat, dan baca doa, namun ada juga yang bertentangan seperti menyediakan
beberapa macam kue-kue, sesajen, yang bertujuan menghindarkan dari makhluk
halus hal ini tidak dibenarkan dalam Islam karena dapat membawa kepada
perbuatan setan/syirik.
DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:
Posting Komentar