Sabtu, 03 Oktober 2015

Nilai-nilai Budaya dalam Ungkapan dan Kelong Bugis Makassar

Kejujuran dan Kesucian
Elong yang terkenal mengenai kejujuran dan kesucian adalah: Duwami riala sappo unganna panasae belo kanuku’e (Duwami riyala sappo lempu’e sibawa paccing’e). Artinya: Dua yang dijadikan pagar adalah kejujuran dan kesucian. Pagar diri setiap orang sebenarnya sudah cukup bila ia memiliki keduanya, yaitu dapat memelihara sifat jujur dan perbuatannya bersih dari noda dan pelanggaran. Maksud Malempu adalah makkebolai ada tongenge ri alena naiyya sampoengngi ada tongengnge bellewe. Artinya: jujur itu terdapatnya perkataan yang benar dalam diri seseorang dan yang merusak kejujuran adalah pekataan dusta, atau sifat yang suka berkata bohong. Bahkan ada ungkapan yang lain tentang pengharapan tinggi atas berlangsungnya suasana kejujuran dalam sebuah masyarakat, yaitu: Tennapodo mannennungeng lempu’e tettong tungke tenri girangkirang. Artinya: Semoga kekal suasana kejujuran (dalam masyarakat), berdiri dengan kokoh tanpa ada yang menandinginya.
Harga diri
Mengenai harga diri dapat kita jumpai elong dalam berikuti ini: Teppadaki makkatenning paccimang riawa bakkaweng nipa’e (Pada sitarongekki’ siri’, iyaregga ripada jagai siri’ta). Artinya: Kita harus saling menghargai, saling hormat menghormati, saling menjaga diri supaya tidak terjadi saling menyakiti dan saling mengumbar aib. Itulah pokok harga diri manusia yang biasa disebut sipakatau atau saling memanusiakan. Dengan begitu terjadi keharmonisan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Harga diri seseorang juga dapat muncul ketika dia dapat membuktikan apa yang ia katakan. ’Seddie ada na gau’ (satu kata dengan perbuatan) dalam elong biasa didendangkan: Sagala-sagala tongeng iyapa nasagala tallepi mannessa’e (Macca-macca tongeng iayapa natentu amaccangenna engkapa maddupa rigau’na). Artinya: orang itu benar-benar pintar jika ia dapat membuktikan dengan kerja nyata atas kepintaran atau ilmu yang diketahuinya itu.
Kecerdasan
Salah satu elong yang sangat berkesan mengenai kecerdasan adalah: Iyaro teppaja risappa buwaja buluede naunga panasa’e(Iyaro teppaja risappa tau macca namalempu’). Artinya: Orangyang selalu dicari adalah orang yang cerdas dan jujur. Ini amat menarik karena mempersandingkan kecerdasan dengan kejujuran, sebab orang cerdas tapi licik akan sangat berbahaya dan menakutkan. Itulah sebabnya sehingga ada elong lain yang berbunyi: Mauni buwaja bulu’ nalise’ ampeloi teyawa’ nalureng (Mauni tomacca namaja’ sipa’na teyawa naparenta). Artinya: Meski orang itu cerdas tapi tidak memilki sifat yang baik maka saya tidak ingin diperintah atau dituntun olehnya. Jadi kecerdasan harus bersanding dengan akhlak yang baik baru dapat diterima baik di tengah-tengah masyarakat. Siapa yang disebut orang cerdas (to macca), yaitu: Tau magello’ akkalengna de’na napaccaireng, saba sampoenggi akalengge iyanaritu sipa’ paccairengnge. Artinya: Orang cerdas adalah orang yang bagus akalnya (terarah pemikirannya), karena yang menutupi akal pikiran manusia adalah sifat suka marah. Jadi, orang cerdas adalah orang yang memiliki akal pikiran yang baik.
Keberanian

Dalam elong banyak ungkapan yang membicarakan tentang keberanian, salah satunya: Wennang pute mappesona eja’e mamminasa bali sipuppureng (Narekko gauk mapaccing muwa, iyamua ripujie ripugau, waranika mewako siamateng). Artinya: Jika perbuatanmu adalah perbuatan suci (benar), perbuatan baik, maka aku berani mati berjuang bersamamu. Jadi, syarat keberanian adalah bersanding dengan kebenaran dan kesucian perlakuan. Bila tidak maka keberanian itu adalah keberanian yang buta. Berani karena benar takut karena salah. Salah satu pesan orangtua dulu adalah: Narekko mateko rilalenna tongengnge, mate risantangikotu mbe (Jika kau mati dalam mempertahankan kebenaran, maka matimu berada dalam kelezatan [mati dalam santan]).

0 komentar:

Posting Komentar