Sabtu, 03 Oktober 2015

Makalah "Unsur-unsur Nilai dalam Kehidupan, Teori-teori Nilai, dan Nilai-nilai Hidup Kemanusiaan"

BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Etika adalah semua tentang tindakan yang Anda anggap benar dan tepat untuk melakukan per nilai-nilai masyarakat. . Masyarakat adalah melepaskan bahwa kelompok orang tinggal di, jadi jika dari awal kita mulai dengan masyarakat untuk menyadari etika, faktor-faktor lain dalam hidup akan mudah untuk mengelola. Banyak orang tidak mengenali signifikan etika dan bagaimana hal itu mempengaruhi keputusan kehidupan sehari-hari karena akan membuat masyarakat menghormati nilai-nilai mereka lebih dan menentukan keputusan yang tepat bahkan dalam situasi sulit. Per etika, kepentingan publik akan disukai daripada kepentingan pribadi yang akan meningkatkan kepedulian dan mencintai dalam masyarakat sebagai salah satu setiap akan mempertimbangkan kepentingan lain dan tidak akan menyakiti mereka dengan cara apapun.
Karena etika adalah konsep yang sangat penting dalam hidup kita perguruan tinggi dan universitas menyebarkan kesadaran etika dalam kursus mereka untuk membuat generasi sadar akan manfaat dari etika dan bagaimana hal itu akan membuat hidup mereka lebih mudah dan amanah yang akan mengarah untuk menjadi sukses dalam kehidupan dan dalam bisnis dalam waktu yang sama. Etika harus dipertimbangkan sebagai satu set prinsip-prinsip yang hidup, sebuah kode etik bagi hubungan kita dengan semua yang kita bersentuhan. Etika mencakup adat istiadat sosial, biasanya dinyatakan hari ini sebagai sopan santun, perilaku kita terhadap sesama manusia dan sesama makhluk, dan kepercayaan. Dunia beroperasi pada kepercayaan. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa orang lain akan bertindak sesuai dengan standar tidak jelas, tetapi umumnya diterima dari perilaku dan menghormati orang lain. Jika kepercayaan tidak ada maka sangat sedikit dari apa yang kita anggap perlu, untuk memungkinkan aliran bebas dari pergaulan dan perdagangan, akan terjadi, semua hal ini diatur oleh etika.





BAB II
PEMBAHASAN

A.                 Unsur-unsur Nilai dalam Kehidupan

a.                   Kemuliaan Manusia

            Sejak filsafat Yunani menempatkan manusia sebagai mikro kosmos,maka manusia baik secara epistemology maupun secara ruhaniah telaqh ditempatkan pada tataran kemuliaan.Kodrat manusia di alam ini sangat tinggi menurut Paulus Wahana (2008:87) bukan karena hanya sekedar mampu memilih dan berfikir saja,bahkan apabila kemampuan-kemampuan memilih dan berfikir tersebut secara kuantitatif ditingkatkan hingga tak terbatas.
            Nilai memiliki peranan sebagai daya tarik serta dasar dari tindakan manusia,yang mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-nilai dari tindakannya.Menurut Muhammad Taqi Misbah (1996:112),kultur masa kini dan para humanis mengklaim bahwa setiap orang,karena ia manusia  mempunyai nilai alami yakni nilai kemuliaan ,sekalipun misalnya ia telah melakukan banyak kejahatan. Kemuliaan merupakan karunia Tuhan kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk  lain,mungkin karunia Tuhan ini adalah akal manusia.Apabila manusia melakukan hal yang tidak baik maka bias jadi dia akan jatuh sedemikian rupa sehingga lebih rendah daripada hewan.
            Lebih lanjut,Taqi Misbah mengemukakan,Tuhan telah menciptakan manusia dengan kemuliaan,namun sebagian manusia tidak mau menerima kemuliaan itu dengan merendahkan dirinya ke tingkat yang lebih rendah.
            Kemudian James Rachels (2004:237) dengan memaparkan teori yang dikemukakan oleh Kant,menjelaskan bahwa manusia mempunyai “nilai intrinsic” yakni martabat,karena mereka adalah para pelaku rasional.Yakni para pelaku bebas yang mampu mengambil keputusan untuk mereka sendiri,menempatkan tujuan-tujuan mereka sendiri dan menuntun periloaku mereka dengan akal budi.
            Gagasan Kant tentang “martabat” ini dapat dipahami secara mendalam bahwa jika menghargai martabat dalam diri manusia maka tidak akan bertindak semena-mena terhadap orang lain.Jadi menghukum seseorang setimpal dengan kejahatannya maka itu boleh saja.
                        Maka, kemuliaan manusia dapat dapat tercapai jika terpenuhi nilai-nilai yang telah dianugerahkan Tuhan,yakni bergeraknya akal,aktifnya intuisi dan termanifestasikannya nilai Ilahiyah(wahyu) untuk mendapatkan kebenaran.


b.                  Unsur-Unsur Pokok “Pemberi” Nilai

1.                   Pengalaman (empiris)
Menurut Jhon Locke (1632-1704) dengan teori tabula rasa,manusia sejak lahirnya diibaratkan sebagai lembaran  kertas yang kosong,yang akan diisi dengan pengalaman-pengalaman inderawi.Pengetahuan yang diperoleh dengan cara membandingkan ide-ide yang didapat dari penginderaan.Akal hanyalah tempat penampungan dari hasil-hasil penginderaan. Pengalaman dalam pandangan Jhon Locke,tidak sama dalam pandangan Edmund Husserl sebagai seorang filosof fenomenologis.Fenomenologi berasal darim bahasa Yunani fenomenom yaitu,sesuatu yang tampak,yang terlihat karena bercahaya,yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan “gejala”.Jadi,fenomenologi adalah aliran filsafat yang membicarakan fenomena.Dalam ungkapan yang lain “bukan sesuatu yang nyata,tetapi hal yang semu(Hadiwijono,1993:140).
Bagi Husserl dan para pengikut fenomenologi menyatakan bahwa fenomena yang ditangkap oleh indera sebagai suatu pengalaman tidak harus diamati dengan indera pula tetapi dapat juga dianalisis secara rohani.Fenomenologi bukanlah fenomena sebagaimana dipahami dalam berbagai macam ilmu pengetahuan alam,yaitu tangkapan dari indera yang diamati dari pengalaman hidup,melainkan harus direduksi/disaring untuk sampai kepada “hakekat segala sesuatu” (Paulus Wahana,2008:33-34).”Hakekat segala sesuatu”inilah sebagai inti dari pengetahuan.

2.                   Akal
Manusia adalah “hewan rasional”.Tampaknya inilah inilah identitas pertama dari sudut pandang “            nilai” dimiliki oleh manusia. Kata rasional ditunjukkan oleh kata nathiq,mengacu pada istilah Kant. Dari akar kata yang sama nuthq, juga diturunkan nama ilmu manthiq atau logika,yang dikembangkan untuk membangun argument-argumen,merumuskan metode-metode penyangkalan demi menemukan suatu kerancuan dari suatu aksioma,merumuskan gagasan dasar silogisme,merumuskan defenisi-defenisi dan garis-garis besar metode intelektual yang digunakan dalam pencarian kebenaran.
Dalam hal pencarian identitas manusia,Sukanto dan Dardiri Hasyim (1995:22)merumuskan bahwa peristiwa ini merupakan dinamika dari upaya perkembangan pribadi, yang selanjutnya menentukan hasil dari perkembangan itu.
Pemaparan Fazlur Rahman tentang manusia dalam buku Taufiq Adnan Amal (1994:82-83), bahwa manusia selain memiliki tugas untuk beribadah kepada sang Khaliq,juga memiliki tujuan mempelajari alam semesta,hokum-hukum susunan batinnya sendiri dan proses sejarah, untuk kemudioan menggunakan pengetahuan ini untuk kebaikan. Manusia diberi diperintahkan untuk member nama kepada setiap benda-benda dan berhasil padahal malaikat sendiri tidak sanggup melakukannya, ini menandakan bahwa manusia mempunyai keistimewaan.
Dengan demikian bahwa akal mempunyai tugas dan fungsi bukan saja mengkaji dan melahirkan suatu metode-metode dan teori-teori keilmuan untuk kelangsungan dan memberi nilai pada hidup manusia.Namun lebih dari itu akal bertugas untuk menjaga nilai-nilai keilmuan demi menciptakan suatu tatanan moral yang  baik.

3.                   Intuisi
Jika akal atau nalar bekerja pada kisaran materi (pikiran),maka intuisi berproses dalam kisaran hati atau kalbu. Oleh karenanya,apa yang telah susah payah dikembangkan oleh akal sebagai suatu epistemology, tidak selamanya akan diproses sebagai suatu pengetahuan intuisi.
Menurut Kattsoff (2004:14),pengetahuan manusia akan sesuatu terletak pada dua ungkapan,yakni pengetahuan mengenai (knowledge about) atau disebut juga pengetahuan diskursif (pengetahuan simbolis).Yakni pengetahuanj yang diperoleh lewat penggunaan symbol-simbol yang dicoba untuk dimengerti mengenai sesuatu dengan jalan berlaku sebagai terjemahan bagi sesuatu itu.Dalam istilah Henri Bergson (1859-1941) pada Hadiwijono (1993:137) bahwa intuisi adalah bersifat dinamis,yang fungsinya untuk mengenal hakekat pribadi atau “aku” dengan lebih murni dan untuk mengenal hakekat kenyataan.
Dalam tingkatan yang lebih tinggi ,menurut Naquib Al Attas (1995:37 dan 38),intuisi adalah intuisi terhadap eksistensi itu sendiri. Intuisi tidak hadir pada sembarang orang tetapi pada orang yang terus-menerus merenung akan hakekat realitas ini, kemudian selama perenungan ini dan dengan kehendak Tuhan,kesadaran akan dirinya dan keadaan terhadap subjektifitasnya akan terhapuskan.Intuisi tidak dapat dengan bahsa dan symbol-simbol bendawi, karena ia merupakan pengetahuan ruhaniah.
Beberapa manfaat dari intuisi adalah :
a. Intuisi merupakan pemaknaan terdalam dari apa yang telah dihasilkan oleh rasio atau nalar,sebaliknya,ketika rasio tidak mampu merumuskan suatu peristiwa,hal atau teori keilmuan,maka akan tercapai lewat intuisi.
b.  Intuisi merupakan pengetahuan langsung,yang tidak membutuhkan metode-metode iolmiah sedemikian rupa untuk mencapai pemaknaan.
c.  Rasio mengantarkan pada epistemology,maka pada intuisi akan mengantarkan pada pemaknaan terdalam,yang pada kelanjutannya akan membentuk pribadi-pribadi yang penuh kearifan dan kebijaksanaan.

4.                   Wahyu (Nilai Ilahiyah)
Landasan atau dasar yang paling urgen bagi pengetahuan agama adalah wahyu.Harun Nasution (1991:14) memberikan defenisi wahyu sebagai berikut : wahyu adalah kebenaran yang langsung disampaikan Tuhan kepada salah seorang hambanya.Dengan kata lain wahyu terjadi karena adanya komunikasi antara Tuhan dan manusia.
Secara logika, menurut Harun Nasution,turunnya wahyu bukanlah suatu hal yang mustahil,maka tugas tiap-tiap (pemeluk) agama yang mengakui wahyu sebagai dasar,ialah mengemukakan bukti-bukti,alasan-alasan atau argument-argumen tentang kebenaran wahyu tersebut,dan ini menjadi bagian akal serta intuisi.
Adapun mengenai penerimaan mutlak terhadap wahyu menurut Roger Garaudy (1986:296)adalah termaktub dalam keimanan(percaya).
Wahyu dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Rangkaian norma-norma yang mengatur hubungan kehidupan manusia dengan manusia lain,dengan makhluk lain dan dengan alam, sebagaimana diterangkan dalam QS.6:54-55.
2.      Sebagai wahana untuk memperoleh petunjuk,oleh karena itu harus dapat dianalisa oleh akal untuk lebih lanjut ditrasformasikan sebagai suatu tindakan actual.
3.      Rangkaian pengetahuan tertinggi dan terluas berasal dari Yang Maha Tinggi.Agar dapat dipahami maka pengetahuan ini harus dikelola oleh rasio.
Unsur-unsur pengetahuan seperti pengalaman,akal,intuisi dan wahyu sangatlah penting.Pengalaman akan memberikan pengetahuan,dan akal akan mengelolanya dan mereduksi yang benar dan yang salah,dan intuisi akan memberikan pemaknaan terdalam akan menjadikan pribadi-pribadi arif dan bijaksana.Kemudian wahyu akan menjadi acuan pengetahuan tertinggi lewat keimanan dan sebagai patokan nilai-nilai moral religious manusia,yang menciptakan kehidupan yang bersahaja.

B.                  Teori-Teori Nilai

a.                   Etika dan Kebahagiaan Sebagai Kebaikan Tertinggi

Etika sebagai kebahagiaan terdapat dua istilah teknis,yakni suatu ajaran yang mendasarkan diri             pada suatu tujuan terakhir.Kedua,suatu teori yang memberikan titik berat pada kenikmatan atau kebahagiaan disebut etika hedonistik.Etika hedonis adalah suatu teori yang mengatakan bahwa kenikmatan atau akibat-akibat yang nikmat di dalam dirinya sudah mengandung kebaikan.
Meskipun orang dapat menerima teori-teori hedonistis,namun seharusnya disadari pula bahwa banyak masalah yang terkandung didalamnya.Di dalam situasi sengketa dimana perbuatan tertentu akan membawa kita kea rah kebahagiaan,namun dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain.
b.                  Tanggapan Kesusilaan berdasarkan Pertentangan Kelas

Untuk memberikan dasar bagi etika,para pemikir mencarinya pada hakekat kesusilaan itu sendiri.Kaum hedonis mencoba berbicara mengenai “hakekat manusia” sebagai dasar etika.Kiranya penilaian-penilaian kesusilaan berhubungan dengan masyarakat di mana penilaian-penilaian tersebut dibuat.Ini tentu bararti pula ukuran-ukuran kesusilaan mempunyai fungsi tertentu dalam proses kemasyarakatan.Seorang hedonis memperhatikan manusia orang seorang dan mengatakan bahwa fungsi tersebut adalah memajukan kebahagiaan manusia.

c.                   Etika Berdasarkan Kebutuhan-Kebutuhan Masyarakat
Ukuran-ukuran kesusilaan timbul dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat.Sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut,berubah pula ukuran-ukuran tadi.Karena itu kesusilaan manusia tidak mutlak atau berubah.
Akibat ukuran-ukuran kesusilaan bersifat nisbi terhadap (1) sejarah,dan (2) kelas.Sejarah menunjukkan,apa yang dipandang susila oleh anggota-anggota kelas tertentu mungkin dipandang atau telah dipandang tidak susila oleh anggota kelas lain.

d.                  Keberatan-Keberatan
Menurut kaum Marxis,jika etika Marxis menggoncangkan hati anda,berarti secara akali anda telah terjebak dalam rayuan kelas penguasa atau memang anda memihak perjuangan kelas.
Keberatan-keberatan apakah yang dapat diajukan terhadap ajaran ini?Ajaran ini tidak dapat dihapuskan begitu saja dengan jalan memperolok-oloknya atau mengutuknya dengan menggunakan kata-kata,seperti,anti Kristiani.Memang ajaran ini bersifat anti-Kristiani serta anti-kesusilaan sebagaimana yang dipahami secara umum,tetapi ini memang diakuinya,bahkan dikatakan bahwa ajaran tersebut dapat diterima lebih umum.Jika hendak menolak ajaran Marxisme,haruslah ditunjukkan bahwa tidak memadai segala ajarannya.Ia tidak runtut,tidak lenyap,atau karena bertentangan dengan kenyataan.
Keberatan pokok kedua terdapat pada kenyataan bahwa kepentingan masyarakat tanpa kelas diletakkan di atas segenap pertimbangan kesusilaan.

C.                  Nilai-Nilai Kehidupan Manusia

a.                   Manusia dan Kemanusiaan
Filsafat manusia berusaha mencari jawaban-jawaban tentang hakekat manusia,dengan jalan menggali setiap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusi,baik persoalan yang telah,sedang dan mungkin akan terjadi.Dengan demikian filsafat manusia mengkaji tentang manusia secara totalitas yakni dari segi psikologi,antropologi,sosiologi dan ilmu-ilmu humaniora lainnya.
Manusia memang adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling unik dan misterius,karena selain memiliki bentuk jasmani yang demikian sempurna,indera yang begitu lengkap,manusia juga dianugerahi akal dan ruh sebagai media pencapaian kebenaran,yang dengan itu semua manusia memiliki cipta,rasa dan karsa yang tidak hanya sebagai pembeda atas makhluk cipataan Tuhan yang lain tetapi juga dengan para malaikat.
Pandangan Fazlur Rahman tentang manusia,bahwa manusia selain memiliki tugas untuk beribadah kepada Sang Khalik,juga memiliki tujuan mempelajari alam semesta,hukum-hukum susunan batinnya sendiri dan proses sejarah,untuk kemudian menggunakan pengetahuan ini untuk kebaikan.Maharani (2008:28) yang menyatakan :Upaya dan kerja keras manusia seharusnya bertujuan pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia,namun pada kenyataan banyak dari upaya manusia justru lebih mengembnagkan dan kemajuan individual agar menjadi lebih kuat.
Beberapa tesis tentang manusia yang dikemukakan oleh Maharani (2008:8-17),yakni :
-          Homo mechanicus, ialah bahwa manusia sebenarnya merupakan mesin yang memiliki fungsi-fungsi mekanis atas jiwanya dan badan sebagai penggerak.
-          Homo Ludens, ialah manusia merupakan pribadi yang bertingkah laku secara orisinil dan bebas dengan pilihan dan keputusan tindakannya
-          Homo Sapiens, ialah manusia adalah makhluk yang memiliki cipta,rasa dan karsa yang dengan semua itu dan dengan akalnya dapat mengolah alam semesta untuk pemanfaatan yang sebesar-besarnya.
-          Homo Volens, ialah manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan kreatifitas atau inovatif.
-          Homo Eeconomicus, ialah manusia memiliki kemampuan mempertahankan hidup dengan meningkatkan aspek ekonominya.
-          Homo Socius, ialah manusia sebagai makhluk social.
-          Homo Religius, ialah manusia sebagai makhluk yang beragama (butuh agama).
Ragam tesis tentang sifat manusia di atas,manakala tereksplorasi secara positif,maka bukan saja akan muncul manusia seperti dalam penampakan biologis,tapi akan Nampak manusia sebagai hakekat,yakni manusia yang memiliki nilai kemanusiaan.

b.    Hidup Bermakna

1.                   Menjunjung Tinggi Moralitas
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006:220-221),bahwa manusia diciptakan dengan berbagai perlengkapan,termasuk potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk berbuat jahat.
M.mansyur Amin (ed) (1994:ix) mengutip solusi yang dipaparkan oleh Soedjatmoko,yakni :
1. Para agamawan harus mampu menyarikan dari kompleksitas permasalahan moril pokok yang tersembunyi.
2.  Mereka harus mampu menunjukkan keseimbangan jawaban atas masalah-masalah moril yang baru dengan nilai dan kaidah-kaidah moralitas agama dan budaya yang ada.
3. Manusia harus mampu membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan dan interprestasi-interprestasi yang sudah membeku dan tidak relevan dalam membimbing kehidupan beragama manusia di zaman modern ini.
Agar solusi yang ditawarkan diatas dapat berhasil,maka tindakan-tindakan yang mengandung nilai moral dan etika,sehari-hari harus selalu dipraktekkan.Ada banyak cara untuk meningkatkan moral terpuji tersebut,diantaranya menurut Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga (2004 : 16) adalah :
a.      Pendidikan, karena dengan pendidikan yang makin baik,maka seseorang akan lebih mengenal mana yang bermoral dan yang asusila.
b.      Mentaati dan mengikuti norma-norma,peraturan-peraturan dan undang-undang yang ada di masyarakat dan Negara
c.       Memilih pergaulan yang baik dari orang-orang yang senang melakukan kebaikan pula.
d.      Melalui perjuangan dan usaha,karena perbuatan terpuji tidak akan timbul kalau tidak dari keutamaan,dan keutamaan tercapai melalui perjuangan.

2.                   Menumbuhkan Kejujuran
Jujur adalah sifat lugas,apa adanya,yang tidak dicampuri dengan kebohongan-kebohongan.Jujur berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan tuntunan kebenaran (Abdullah,2006 : 106).Kejujuran bukan saja melalui perkataan tetapi juga lewat sikap dan perbuatan,karena sering kita menemukan bahwa perkatan tidak selalu sama dengan perbuatan.
Nilai dari sebuah kejujuran adalah kepercayaan, kesuksesan, kewibawaan, nama baik dan kehormatan. Kejujuran merupakan prisip mutlak yang harus dibangun dalam menjalani kehidupan ini.Imam Husein As pernah berucap “Mati dengan terhormat lebih baik daripada hidup dalam kenistaan”.Abu Abdillah juga pernah berkata,”Kejujuran adalah kemuliaan dan kebohongan adalah kelemahan”.Artinya,orang yang berbohong adalah yang melihat kelemahan dan kenistaan dalam dirinya dan tak berdaya menghadapi kebenaran.Sedangkan orang yang mulia yang mempunyai harga diri selamanya tidak akan berbohong (Muttahari,2004 : 133)
Menjadi orang yang jujur akan sangat berat jika tidak memiliki kemauan keras untuk selalu melakukannya,karena godaan untuk menyimpang selalu ada ,godaan bias berasal dari luar atau dari dalam bisikan hati  (Mannahao,2010 : 32).

3.                   Berlaku Adil
Kerapkali muncul anggapan jika adil sama dengan menyamaratakan apa yang menjadi hak seseorang dengan hak orang lain,tanpa mempertimbangkan aspek-aspek seperti kondisi,kejiwaan,dan kebutuhan antara seseorang dengan orang lain tersebut.
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006 : 537),adil berarti dapat menempatkan segala sesuatu secara proposional dan persamaan-persamaan hak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu hal.Lebih lanjut Abdullah (2006 : 47) mengatakan,adil berhubungan dengan kemsyarakatan dan adil berhubungan dengan pemerintah
Menurut Plato,keadilan adalah keserasian anggota parsial dan universal.Lebih lanjut Plato menjelaskan,setiap individu mengerjakan sesuai dengan kemampuannya,dan mengambil upah sesuai dengan pekerjaannya.

4.                   Solidaritas Sosial
Menurut Maharani (2008 : 38) sosialitas menunjukkan ada keterhubungan individu dengan di luar dirinya.Baik individu sebagai subjek maupun masyarakat sebagai objek memiliki saling ketergantungan dalam dunianya,lingkungannya,tanpa yang lainnya.Demikian juga sosialitas tergantung pada individu-individu.Manusia yang bijaksana tampak dalam tabiatnya dalam membina hubungan social.Selain itu pun manusia mempunyai perasaan untuk saling menjaga dan mengamankan kepentingan masyarakat dalam kegiatan sosialnya (Sunoto,1989 : 10 -11).
Menurut Soedjito (1991 : 3 dan 6),bahwa setiap masyarakat mempunyai nilai-nilai social,yang mengatur tata di dalam masyarakat tersebut.Termasuk di dalam nilai-nilai social ini tata susila serta adat kebiasaan.Nilai-nilai social ini merupakan ukuran-ukuran di dalam menilai tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Adapun mengenai solidaritas,Soedjito menjelaskan,pada tataran masyarakat tradisional (pedesaan) masih dapat dilihat begitu kuatnya solidaritas yang mereka bina,yang biasa disebut “gotong-royong”.

5.                   Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
Responsibilitas atau tanggung jawab berasal dari kata respons = tindakan,jawaban dan ability = kemampuan,kesanggupan.Jadi responsibilitas atau responsibility adalah kemampuan untuk menjawab.Awalnya berasal dari bahasa Latin yaitu responsum yang berarti membalas.Dalam ungkapan lain “aksi” dan “reaksi”.Di saat seseorang melakukan tindakan yang meresahkan ketentraman orang lain,maka tentu orang lain tersebut akan meminta pertanggung jawaban atas tindakan itu.Maka berlakulah teori kebebasan Sartre di sini sebagai mana diungkapkan di atas jika tindakan manusia berkait dengan orang lain.Terdapat hal-hal yang menjadi batas-batas kebebasan.
Batas-batas kebebasan yang dimaksud menurut K.Bertens (2002 : 118-119) adalah
a.                   Faktor-faktor dari dalam (personal demand),factor ini berhubungan pendek,kurus atau gemuk,sehat atau sakit dll.
b.                   Lingkungan,(environment demand),kebebasan  dibatasi juga oleh lingkungan,baik alamiah maupun social,seperti anak yang dididik dalam keluarga yang terdiri dari pencuri professional,tidak bebas berkembang sebagai orang jujur.
c.                   Kebebasan orang lain (social demand),kebebasan saya dibatasi oleh kebebasan orang lain.
d.                  Batasan organisasi (organizational demand),yakni bahwa saya telah menerima amanah dalam profesi yang saya miliki,baik berupa kedudukan ataupun jabatan,dan karenanya saya menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya,dan berani mempertanggung jawabkan sebagai akibat dari apa yang telah saya perbuat (Mannahao,2010 : 49).
Bagaimanapun juga semua tindakan yang dilakukan akan berinflikasi baik perindividu maupun social,yang kesemuanya itu akan dipertanggung jawabkan secara horizontal dan vertical (dengan Tuhan).

c.     Agama sebagai Nafsi Terapi

Pengaruh kaum liberalis (yang didukung oleh paham-paham materialism,kapitalisme,pragmatisme,dan isme-isme lain yang serupa) sejak kemunculannya hingga sekarang ini amat besar pengaruhnya,di mana Tuhan tergeser dari percaturan belajar,berpikir sampai bertingkah laku.Tuhan hanya diposisikan pada tempat-tempat ibadah,seremonial keagamaan dan waktu-waktu khusus yang berkaitan dengan ritual-ritual rutinitas saja.Di luar dari kawasan itu,Tuhan dianggap tidak campur tangan dalam urusan mekanisme alam semesta serta tindakan-tindakan dari apa yang telah diciptakannya.
Disinilah agama khususnya agama Islam memiliki peran penting untuk lebih memanusiakan manusia,dalam arti pada tataran horizontal,manusia tetap menjalin hubungan dengan sesamanya sebagai makhluk social,menjadi mitra atas alam semesta dan isinya sebagai khalifah fil ardh (makhluk yang berakal).Sedangkan pada tataran vertical,manusia sebagai makhluk teologis tidak pernah memutuskan hubungan dengan Allah selaku penciptanya,sehingga apa yang disinyalir dalam Al Qur’an “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu”benar-benar terwujud,atau seperti pada janji Allah dalam Quran surat al Baqarah (2):62.
Sukanto dan Dardiri Hasyim (1995 : 169),mengatakan bila iman adalah salah satu agenda yang amat penting untuk menegakkan ketertiban dalam segala aspek kehidupan.
Islam sebagai agama yang universal dalam artian bersesuaian dengan setiap orang yang tidak hanya mengatur unsure-unsur ketauhidan saja,namun lebih dari itu baik Al Qur’an maupun hadis juga banyak mengatur hal-hal yang bersangkut paut dengan nilai-nilai kemanusiaan,sebagai mana dalam ayat-Nya :QS.60:8-9.
Lahirnya masyarakat biadab di tengah-tengah masyarakat modern menurut Abdullah (2006 : 78) adalah karena dominannya pengaruh nafsu.Nafsu adalah organ rohani (jiwa) yang paling besar pengaruhnya dan yang paling banyak di antara organ rohani yang mengeluarkan intruksi kepada anggota badan untuki berbuat atau bertindak.
Bagi umat Islam,Al Qur’an adalah dasar rujukan yang wajib disikapi untuk menetapkan norma dan nilai,Al Qur’an merangsang para pengkajinya untuk mendengarkan,memahami,mengikuti yang terbaik dan melaksanakan nilai-nilai identitas yang ditetapkan oleh Tuhan. 


BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
1.      Nilai memiliki peranan sebagai daya tarik serta dasar dari tindakan manusia,yang mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-nilai dari tindakannya.Menurut Muhammad Taqi Misbah (1996:112),kultur masa kini dan para humanis mengklaim bahwa setiap orang,karena ia manusia  mempunyai nilai alami yakni nilai kemuliaan ,sekalipun misalnya ia telah melakukan banyak kejahatan.
2.      Etika sebagai kebahagiaan terdapat dua istilah teknis,yakni suatu ajaran yang mendasarkan diri       pada suatu tujuan terakhir.Kedua,suatu teori yang memberikan titik berat pada kenikmatan atau kebahagiaan disebut etika hedonistik.Etika hedonis adalah suatu teori yang mengatakan bahwa kenikmatan atau akibat-akibat yang nikmat di dalam dirinya sudah mengandung kebaikan.

3.      Filsafat manusia berusaha mencari jawaban-jawaban tentang hakekat manusia,dengan jalan menggali setiap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusi,baik persoalan yang telah,sedang dan mungkin akan terjadi.Dengan demikian filsafat manusia mengkaji tentang manusia secara totalitas yakni dari segi psikologi,antropologi,sosiologi dan ilmu-ilmu humaniora lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar