BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika adalah semua tentang tindakan
yang Anda anggap benar dan tepat untuk melakukan per nilai-nilai masyarakat. .
Masyarakat adalah melepaskan bahwa kelompok orang tinggal di, jadi jika dari
awal kita mulai dengan masyarakat untuk menyadari etika, faktor-faktor lain
dalam hidup akan mudah untuk mengelola. Banyak orang tidak mengenali signifikan
etika dan bagaimana hal itu mempengaruhi keputusan kehidupan sehari-hari karena
akan membuat masyarakat menghormati nilai-nilai mereka lebih dan menentukan
keputusan yang tepat bahkan dalam situasi sulit. Per etika, kepentingan publik
akan disukai daripada kepentingan pribadi yang akan meningkatkan kepedulian dan
mencintai dalam masyarakat sebagai salah satu setiap akan mempertimbangkan
kepentingan lain dan tidak akan menyakiti mereka dengan cara apapun.
Karena etika adalah konsep yang sangat
penting dalam hidup kita perguruan tinggi dan universitas menyebarkan kesadaran
etika dalam kursus mereka untuk membuat generasi sadar akan manfaat dari etika
dan bagaimana hal itu akan membuat hidup mereka lebih mudah dan amanah yang
akan mengarah untuk menjadi sukses dalam kehidupan dan dalam bisnis dalam waktu
yang sama. Etika
harus dipertimbangkan sebagai satu set prinsip-prinsip yang hidup, sebuah kode
etik bagi hubungan kita dengan semua yang kita bersentuhan. Etika mencakup adat
istiadat sosial, biasanya dinyatakan hari ini sebagai sopan santun, perilaku
kita terhadap sesama manusia dan sesama makhluk, dan kepercayaan. Dunia
beroperasi pada kepercayaan. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa orang lain akan
bertindak sesuai dengan standar tidak jelas, tetapi umumnya diterima dari
perilaku dan menghormati orang lain. Jika kepercayaan tidak ada maka sangat
sedikit dari apa yang kita anggap perlu, untuk memungkinkan aliran bebas dari
pergaulan dan perdagangan, akan terjadi, semua hal ini diatur oleh etika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Unsur-unsur Nilai dalam Kehidupan
a.
Kemuliaan Manusia
Sejak filsafat Yunani menempatkan
manusia sebagai mikro kosmos,maka manusia baik secara epistemology maupun
secara ruhaniah telaqh ditempatkan pada tataran kemuliaan.Kodrat manusia di
alam ini sangat tinggi menurut Paulus Wahana (2008:87) bukan karena hanya
sekedar mampu memilih dan berfikir saja,bahkan apabila kemampuan-kemampuan
memilih dan berfikir tersebut secara kuantitatif ditingkatkan hingga tak
terbatas.
Nilai memiliki peranan sebagai daya
tarik serta dasar dari tindakan manusia,yang mendorong manusia untuk mewujudkan
nilai-nilai dari tindakannya.Menurut Muhammad Taqi Misbah (1996:112),kultur
masa kini dan para humanis mengklaim bahwa setiap orang,karena ia manusia mempunyai nilai alami yakni nilai kemuliaan
,sekalipun misalnya ia telah melakukan banyak kejahatan. Kemuliaan merupakan
karunia Tuhan kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain,mungkin karunia Tuhan ini adalah akal
manusia.Apabila manusia melakukan hal yang tidak baik maka bias jadi dia akan
jatuh sedemikian rupa sehingga lebih rendah daripada hewan.
Lebih lanjut,Taqi Misbah
mengemukakan,Tuhan telah menciptakan manusia dengan kemuliaan,namun sebagian
manusia tidak mau menerima kemuliaan itu dengan merendahkan dirinya ke tingkat
yang lebih rendah.
Kemudian James Rachels (2004:237)
dengan memaparkan teori yang dikemukakan oleh Kant,menjelaskan bahwa manusia
mempunyai “nilai intrinsic” yakni martabat,karena mereka adalah para pelaku
rasional.Yakni para pelaku bebas yang mampu mengambil keputusan untuk mereka
sendiri,menempatkan tujuan-tujuan mereka sendiri dan menuntun periloaku mereka
dengan akal budi.
Gagasan Kant tentang “martabat” ini
dapat dipahami secara mendalam bahwa jika menghargai martabat dalam diri
manusia maka tidak akan bertindak semena-mena terhadap orang lain.Jadi
menghukum seseorang setimpal dengan kejahatannya maka itu boleh saja.
Maka,
kemuliaan manusia dapat dapat tercapai jika terpenuhi nilai-nilai yang telah
dianugerahkan Tuhan,yakni bergeraknya akal,aktifnya intuisi dan
termanifestasikannya nilai Ilahiyah(wahyu) untuk mendapatkan kebenaran.
b.
Unsur-Unsur Pokok “Pemberi” Nilai
1.
Pengalaman
(empiris)
Menurut Jhon
Locke (1632-1704) dengan teori tabula
rasa,manusia sejak lahirnya diibaratkan sebagai lembaran kertas yang kosong,yang akan diisi dengan
pengalaman-pengalaman inderawi.Pengetahuan yang diperoleh dengan cara
membandingkan ide-ide yang didapat dari penginderaan.Akal hanyalah tempat
penampungan dari hasil-hasil penginderaan. Pengalaman dalam pandangan Jhon
Locke,tidak sama dalam pandangan Edmund Husserl sebagai seorang filosof
fenomenologis.Fenomenologi berasal darim bahasa Yunani fenomenom yaitu,sesuatu
yang tampak,yang terlihat karena bercahaya,yang dalam bahasa Indonesia disebut
dengan “gejala”.Jadi,fenomenologi adalah aliran filsafat yang membicarakan
fenomena.Dalam ungkapan yang lain “bukan sesuatu yang nyata,tetapi hal yang
semu(Hadiwijono,1993:140).
Bagi Husserl
dan para pengikut fenomenologi menyatakan bahwa fenomena yang ditangkap oleh
indera sebagai suatu pengalaman tidak harus diamati dengan indera pula tetapi
dapat juga dianalisis secara rohani.Fenomenologi bukanlah fenomena sebagaimana
dipahami dalam berbagai macam ilmu pengetahuan alam,yaitu tangkapan dari indera
yang diamati dari pengalaman hidup,melainkan harus direduksi/disaring untuk
sampai kepada “hakekat segala sesuatu” (Paulus Wahana,2008:33-34).”Hakekat segala
sesuatu”inilah sebagai inti dari pengetahuan.
2.
Akal
Manusia
adalah “hewan rasional”.Tampaknya inilah inilah identitas pertama dari sudut
pandang “ nilai” dimiliki oleh
manusia. Kata rasional ditunjukkan oleh kata nathiq,mengacu pada istilah Kant. Dari akar kata yang sama nuthq, juga diturunkan nama ilmu manthiq atau logika,yang dikembangkan
untuk membangun argument-argumen,merumuskan metode-metode penyangkalan demi
menemukan suatu kerancuan dari suatu aksioma,merumuskan gagasan dasar
silogisme,merumuskan defenisi-defenisi dan garis-garis besar metode intelektual
yang digunakan dalam pencarian kebenaran.
Dalam hal
pencarian identitas manusia,Sukanto dan Dardiri Hasyim (1995:22)merumuskan
bahwa peristiwa ini merupakan dinamika dari upaya perkembangan pribadi, yang
selanjutnya menentukan hasil dari perkembangan itu.
Pemaparan
Fazlur Rahman tentang manusia dalam buku Taufiq Adnan Amal (1994:82-83), bahwa
manusia selain memiliki tugas untuk beribadah kepada sang Khaliq,juga memiliki
tujuan mempelajari alam semesta,hokum-hukum susunan batinnya sendiri dan proses
sejarah, untuk kemudioan menggunakan pengetahuan ini untuk kebaikan. Manusia
diberi diperintahkan untuk member nama kepada setiap benda-benda dan berhasil
padahal malaikat sendiri tidak sanggup melakukannya, ini menandakan bahwa
manusia mempunyai keistimewaan.
Dengan
demikian bahwa akal mempunyai tugas dan fungsi bukan saja mengkaji dan
melahirkan suatu metode-metode dan teori-teori keilmuan untuk kelangsungan dan
memberi nilai pada hidup manusia.Namun lebih dari itu akal bertugas untuk
menjaga nilai-nilai keilmuan demi menciptakan suatu tatanan moral yang baik.
3.
Intuisi
Jika akal atau nalar bekerja pada kisaran
materi (pikiran),maka intuisi berproses dalam kisaran hati atau kalbu. Oleh
karenanya,apa yang telah susah payah dikembangkan oleh akal sebagai suatu
epistemology, tidak selamanya akan diproses sebagai suatu pengetahuan intuisi.
Menurut Kattsoff (2004:14),pengetahuan manusia
akan sesuatu terletak pada dua ungkapan,yakni pengetahuan mengenai (knowledge
about) atau disebut juga pengetahuan diskursif (pengetahuan simbolis).Yakni
pengetahuanj yang diperoleh lewat penggunaan symbol-simbol yang dicoba untuk
dimengerti mengenai sesuatu dengan jalan berlaku sebagai terjemahan bagi
sesuatu itu.Dalam istilah Henri Bergson (1859-1941) pada Hadiwijono (1993:137)
bahwa intuisi adalah bersifat dinamis,yang fungsinya untuk mengenal hakekat
pribadi atau “aku” dengan lebih murni dan untuk mengenal hakekat kenyataan.
Dalam tingkatan yang lebih tinggi ,menurut
Naquib Al Attas (1995:37 dan 38),intuisi adalah intuisi terhadap eksistensi itu
sendiri. Intuisi tidak hadir pada sembarang orang tetapi pada orang yang
terus-menerus merenung akan hakekat realitas ini, kemudian selama perenungan
ini dan dengan kehendak Tuhan,kesadaran akan dirinya dan keadaan terhadap
subjektifitasnya akan terhapuskan.Intuisi tidak dapat dengan bahsa dan
symbol-simbol bendawi, karena ia merupakan pengetahuan ruhaniah.
Beberapa
manfaat dari intuisi adalah :
a. Intuisi merupakan pemaknaan terdalam dari apa
yang telah dihasilkan oleh rasio atau nalar,sebaliknya,ketika rasio tidak mampu
merumuskan suatu peristiwa,hal atau teori keilmuan,maka akan tercapai lewat
intuisi.
b. Intuisi
merupakan pengetahuan langsung,yang tidak membutuhkan metode-metode iolmiah
sedemikian rupa untuk mencapai pemaknaan.
c. Rasio mengantarkan pada epistemology,maka pada
intuisi akan mengantarkan pada pemaknaan terdalam,yang pada kelanjutannya akan
membentuk pribadi-pribadi yang penuh kearifan dan kebijaksanaan.
4.
Wahyu (Nilai
Ilahiyah)
Landasan
atau dasar yang paling urgen bagi pengetahuan agama adalah wahyu.Harun Nasution
(1991:14) memberikan defenisi wahyu sebagai berikut : wahyu adalah kebenaran
yang langsung disampaikan Tuhan kepada salah seorang hambanya.Dengan kata lain
wahyu terjadi karena adanya komunikasi antara Tuhan dan manusia.
Secara
logika, menurut Harun Nasution,turunnya wahyu bukanlah suatu hal yang
mustahil,maka tugas tiap-tiap (pemeluk) agama yang mengakui wahyu sebagai
dasar,ialah mengemukakan bukti-bukti,alasan-alasan atau argument-argumen
tentang kebenaran wahyu tersebut,dan ini menjadi bagian akal serta intuisi.
Adapun
mengenai penerimaan mutlak terhadap wahyu menurut Roger Garaudy
(1986:296)adalah termaktub dalam keimanan(percaya).
Wahyu dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1.
Rangkaian
norma-norma yang mengatur hubungan kehidupan manusia dengan manusia lain,dengan
makhluk lain dan dengan alam, sebagaimana diterangkan dalam QS.6:54-55.
2.
Sebagai wahana
untuk memperoleh petunjuk,oleh karena itu harus dapat dianalisa oleh akal untuk
lebih lanjut ditrasformasikan sebagai suatu tindakan actual.
3.
Rangkaian
pengetahuan tertinggi dan terluas berasal dari Yang Maha Tinggi.Agar dapat
dipahami maka pengetahuan ini harus dikelola oleh rasio.
Unsur-unsur
pengetahuan seperti pengalaman,akal,intuisi dan wahyu sangatlah
penting.Pengalaman akan memberikan pengetahuan,dan akal akan mengelolanya dan
mereduksi yang benar dan yang salah,dan intuisi akan memberikan pemaknaan
terdalam akan menjadikan pribadi-pribadi arif dan bijaksana.Kemudian wahyu akan
menjadi acuan pengetahuan tertinggi lewat keimanan dan sebagai patokan
nilai-nilai moral religious manusia,yang menciptakan kehidupan yang bersahaja.
B.
Teori-Teori Nilai
a.
Etika dan Kebahagiaan Sebagai Kebaikan
Tertinggi
Etika
sebagai kebahagiaan terdapat dua istilah teknis,yakni suatu ajaran yang
mendasarkan diri pada suatu
tujuan terakhir.Kedua,suatu teori yang memberikan titik berat pada kenikmatan
atau kebahagiaan disebut etika hedonistik.Etika hedonis adalah suatu teori yang
mengatakan bahwa kenikmatan atau akibat-akibat yang nikmat di dalam dirinya
sudah mengandung kebaikan.
Meskipun
orang dapat menerima teori-teori hedonistis,namun seharusnya disadari pula
bahwa banyak masalah yang terkandung didalamnya.Di dalam situasi sengketa
dimana perbuatan tertentu akan membawa kita kea rah kebahagiaan,namun dengan
mengorbankan kebahagiaan orang lain.
b.
Tanggapan Kesusilaan berdasarkan Pertentangan
Kelas
Untuk
memberikan dasar bagi etika,para pemikir mencarinya pada hakekat kesusilaan itu
sendiri.Kaum hedonis mencoba berbicara mengenai “hakekat manusia” sebagai dasar
etika.Kiranya penilaian-penilaian kesusilaan berhubungan dengan masyarakat di
mana penilaian-penilaian tersebut dibuat.Ini tentu bararti pula ukuran-ukuran
kesusilaan mempunyai fungsi tertentu dalam proses kemasyarakatan.Seorang
hedonis memperhatikan manusia orang seorang dan mengatakan bahwa fungsi
tersebut adalah memajukan kebahagiaan manusia.
c.
Etika Berdasarkan Kebutuhan-Kebutuhan
Masyarakat
Ukuran-ukuran
kesusilaan timbul dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat.Sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan tersebut,berubah pula ukuran-ukuran tadi.Karena itu
kesusilaan manusia tidak mutlak atau berubah.
Akibat
ukuran-ukuran kesusilaan bersifat nisbi terhadap (1) sejarah,dan (2) kelas.Sejarah
menunjukkan,apa yang dipandang susila oleh anggota-anggota kelas tertentu
mungkin dipandang atau telah dipandang tidak susila oleh anggota kelas lain.
d.
Keberatan-Keberatan
Menurut kaum
Marxis,jika etika Marxis menggoncangkan hati anda,berarti secara akali anda
telah terjebak dalam rayuan kelas penguasa atau memang anda memihak perjuangan
kelas.
Keberatan-keberatan
apakah yang dapat diajukan terhadap ajaran ini?Ajaran ini tidak dapat
dihapuskan begitu saja dengan jalan memperolok-oloknya atau mengutuknya dengan
menggunakan kata-kata,seperti,anti Kristiani.Memang ajaran ini bersifat
anti-Kristiani serta anti-kesusilaan sebagaimana yang dipahami secara
umum,tetapi ini memang diakuinya,bahkan dikatakan bahwa ajaran tersebut dapat
diterima lebih umum.Jika hendak menolak ajaran Marxisme,haruslah ditunjukkan
bahwa tidak memadai segala ajarannya.Ia tidak runtut,tidak lenyap,atau karena
bertentangan dengan kenyataan.
Keberatan
pokok kedua terdapat pada kenyataan bahwa kepentingan masyarakat tanpa kelas diletakkan
di atas segenap pertimbangan kesusilaan.
C.
Nilai-Nilai Kehidupan Manusia
a.
Manusia dan Kemanusiaan
Filsafat
manusia berusaha mencari jawaban-jawaban tentang hakekat manusia,dengan jalan
menggali setiap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusi,baik persoalan
yang telah,sedang dan mungkin akan terjadi.Dengan demikian filsafat manusia
mengkaji tentang manusia secara totalitas yakni dari segi
psikologi,antropologi,sosiologi dan ilmu-ilmu humaniora lainnya.
Manusia
memang adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling unik dan misterius,karena
selain memiliki bentuk jasmani yang demikian sempurna,indera yang begitu
lengkap,manusia juga dianugerahi akal dan ruh sebagai media pencapaian
kebenaran,yang dengan itu semua manusia memiliki cipta,rasa dan karsa yang
tidak hanya sebagai pembeda atas makhluk cipataan Tuhan yang lain tetapi juga
dengan para malaikat.
Pandangan
Fazlur Rahman tentang manusia,bahwa manusia selain memiliki tugas untuk
beribadah kepada Sang Khalik,juga memiliki tujuan mempelajari alam
semesta,hukum-hukum susunan batinnya sendiri dan proses sejarah,untuk kemudian
menggunakan pengetahuan ini untuk kebaikan.Maharani (2008:28) yang menyatakan
:Upaya dan kerja keras manusia seharusnya bertujuan pada peningkatan kualitas
hidup dan kesejahteraan umat manusia,namun pada kenyataan banyak dari upaya
manusia justru lebih mengembnagkan dan kemajuan individual agar menjadi lebih
kuat.
Beberapa
tesis tentang manusia yang dikemukakan oleh Maharani (2008:8-17),yakni :
-
Homo mechanicus, ialah bahwa manusia sebenarnya merupakan mesin
yang memiliki fungsi-fungsi mekanis atas jiwanya dan badan sebagai penggerak.
-
Homo Ludens, ialah manusia merupakan pribadi yang
bertingkah laku secara orisinil dan bebas dengan pilihan dan keputusan
tindakannya
-
Homo Sapiens, ialah manusia adalah makhluk yang memiliki
cipta,rasa dan karsa yang dengan semua itu dan dengan akalnya dapat mengolah
alam semesta untuk pemanfaatan yang sebesar-besarnya.
-
Homo Volens, ialah manusia sebagai makhluk yang memiliki
kemampuan kreatifitas atau inovatif.
-
Homo Eeconomicus, ialah manusia memiliki kemampuan
mempertahankan hidup dengan meningkatkan aspek ekonominya.
-
Homo Socius, ialah manusia sebagai makhluk social.
-
Homo Religius, ialah manusia sebagai makhluk yang beragama
(butuh agama).
Ragam tesis
tentang sifat manusia di atas,manakala tereksplorasi secara positif,maka bukan
saja akan muncul manusia seperti dalam penampakan biologis,tapi akan Nampak
manusia sebagai hakekat,yakni manusia yang memiliki nilai kemanusiaan.
b. Hidup
Bermakna
1.
Menjunjung Tinggi
Moralitas
Menurut
M.Yatimin Abdullah (2006:220-221),bahwa manusia diciptakan dengan berbagai perlengkapan,termasuk
potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk berbuat jahat.
M.mansyur Amin (ed) (1994:ix) mengutip solusi
yang dipaparkan oleh Soedjatmoko,yakni :
1. Para agamawan harus mampu
menyarikan dari kompleksitas permasalahan moril pokok yang tersembunyi.
2. Mereka harus mampu menunjukkan keseimbangan
jawaban atas masalah-masalah moril yang baru dengan nilai dan kaidah-kaidah
moralitas agama dan budaya yang ada.
3.
Manusia harus mampu membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan dan interprestasi-interprestasi
yang sudah membeku dan tidak relevan dalam membimbing kehidupan beragama
manusia di zaman modern ini.
Agar solusi
yang ditawarkan diatas dapat berhasil,maka tindakan-tindakan yang mengandung
nilai moral dan etika,sehari-hari harus selalu dipraktekkan.Ada banyak cara
untuk meningkatkan moral terpuji tersebut,diantaranya menurut Zahruddin dan
Hasanuddin Sinaga (2004 : 16) adalah :
a.
Pendidikan,
karena dengan pendidikan yang makin baik,maka seseorang akan lebih mengenal
mana yang bermoral dan yang asusila.
b.
Mentaati dan
mengikuti norma-norma,peraturan-peraturan dan undang-undang yang ada di
masyarakat dan Negara
c.
Memilih pergaulan
yang baik dari orang-orang yang senang melakukan kebaikan pula.
d.
Melalui
perjuangan dan usaha,karena perbuatan terpuji tidak akan timbul kalau tidak
dari keutamaan,dan keutamaan tercapai melalui perjuangan.
2.
Menumbuhkan
Kejujuran
Jujur adalah sifat lugas,apa adanya,yang tidak
dicampuri dengan kebohongan-kebohongan.Jujur berarti menempatkan sesuatu pada
tempatnya sesuai dengan tuntunan kebenaran (Abdullah,2006 : 106).Kejujuran
bukan saja melalui perkataan tetapi juga lewat sikap dan perbuatan,karena
sering kita menemukan bahwa perkatan tidak selalu sama dengan perbuatan.
Nilai dari sebuah kejujuran adalah
kepercayaan, kesuksesan, kewibawaan, nama baik dan kehormatan. Kejujuran
merupakan prisip mutlak yang harus dibangun dalam menjalani kehidupan ini.Imam
Husein As pernah berucap “Mati dengan terhormat lebih baik daripada hidup dalam
kenistaan”.Abu Abdillah juga pernah berkata,”Kejujuran adalah kemuliaan dan
kebohongan adalah kelemahan”.Artinya,orang yang berbohong adalah yang melihat
kelemahan dan kenistaan dalam dirinya dan tak berdaya menghadapi
kebenaran.Sedangkan orang yang mulia yang mempunyai harga diri selamanya tidak
akan berbohong (Muttahari,2004 : 133)
Menjadi orang yang jujur akan sangat berat
jika tidak memiliki kemauan keras untuk selalu melakukannya,karena godaan untuk
menyimpang selalu ada ,godaan bias berasal dari luar atau dari dalam bisikan
hati (Mannahao,2010 : 32).
3.
Berlaku Adil
Kerapkali muncul anggapan jika adil sama
dengan menyamaratakan apa yang menjadi hak seseorang dengan hak orang
lain,tanpa mempertimbangkan aspek-aspek seperti kondisi,kejiwaan,dan kebutuhan
antara seseorang dengan orang lain tersebut.
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006 : 537),adil
berarti dapat menempatkan segala sesuatu secara proposional dan
persamaan-persamaan hak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan seseorang dalam
melakukan sesuatu hal.Lebih lanjut Abdullah (2006 : 47) mengatakan,adil
berhubungan dengan kemsyarakatan dan adil berhubungan dengan pemerintah
Menurut Plato,keadilan adalah keserasian
anggota parsial dan universal.Lebih lanjut Plato menjelaskan,setiap individu
mengerjakan sesuai dengan kemampuannya,dan mengambil upah sesuai dengan
pekerjaannya.
4.
Solidaritas
Sosial
Menurut Maharani (2008 : 38) sosialitas
menunjukkan ada keterhubungan individu dengan di luar dirinya.Baik individu
sebagai subjek maupun masyarakat sebagai objek memiliki saling ketergantungan
dalam dunianya,lingkungannya,tanpa yang lainnya.Demikian juga sosialitas
tergantung pada individu-individu.Manusia yang bijaksana tampak dalam tabiatnya
dalam membina hubungan social.Selain itu pun manusia mempunyai perasaan untuk
saling menjaga dan mengamankan kepentingan masyarakat dalam kegiatan sosialnya
(Sunoto,1989 : 10 -11).
Menurut Soedjito (1991 : 3 dan 6),bahwa setiap
masyarakat mempunyai nilai-nilai social,yang mengatur tata di dalam masyarakat
tersebut.Termasuk di dalam nilai-nilai social ini tata susila serta adat
kebiasaan.Nilai-nilai social ini merupakan ukuran-ukuran di dalam menilai
tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Adapun mengenai solidaritas,Soedjito
menjelaskan,pada tataran masyarakat tradisional (pedesaan) masih dapat dilihat
begitu kuatnya solidaritas yang mereka bina,yang biasa disebut “gotong-royong”.
5.
Menumbuhkan Rasa
Tanggung Jawab
Responsibilitas atau tanggung jawab berasal
dari kata respons = tindakan,jawaban
dan ability =
kemampuan,kesanggupan.Jadi responsibilitas atau responsibility adalah kemampuan untuk menjawab.Awalnya berasal dari
bahasa Latin yaitu responsum yang
berarti membalas.Dalam ungkapan lain “aksi” dan “reaksi”.Di saat seseorang
melakukan tindakan yang meresahkan ketentraman orang lain,maka tentu orang lain
tersebut akan meminta pertanggung jawaban atas tindakan itu.Maka berlakulah
teori kebebasan Sartre di sini sebagai mana diungkapkan di atas jika tindakan
manusia berkait dengan orang lain.Terdapat hal-hal yang menjadi batas-batas
kebebasan.
Batas-batas
kebebasan yang dimaksud menurut K.Bertens (2002 : 118-119) adalah
a.
Faktor-faktor
dari dalam (personal demand),factor
ini berhubungan pendek,kurus atau gemuk,sehat atau sakit dll.
b.
Lingkungan,(environment demand),kebebasan dibatasi juga oleh lingkungan,baik alamiah
maupun social,seperti anak yang dididik dalam keluarga yang terdiri dari
pencuri professional,tidak bebas berkembang sebagai orang jujur.
c.
Kebebasan orang
lain (social demand),kebebasan saya
dibatasi oleh kebebasan orang lain.
d.
Batasan
organisasi (organizational demand),yakni
bahwa saya telah menerima amanah dalam profesi yang saya miliki,baik berupa
kedudukan ataupun jabatan,dan karenanya saya menjalankan amanah itu dengan
sebaik-baiknya,dan berani mempertanggung jawabkan sebagai akibat dari apa yang
telah saya perbuat (Mannahao,2010 : 49).
Bagaimanapun juga semua tindakan yang
dilakukan akan berinflikasi baik perindividu maupun social,yang kesemuanya itu
akan dipertanggung jawabkan secara horizontal dan vertical (dengan Tuhan).
c. Agama
sebagai Nafsi Terapi
Pengaruh kaum liberalis (yang didukung oleh
paham-paham materialism,kapitalisme,pragmatisme,dan isme-isme lain yang serupa)
sejak kemunculannya hingga sekarang ini amat besar pengaruhnya,di mana Tuhan
tergeser dari percaturan belajar,berpikir sampai bertingkah laku.Tuhan hanya
diposisikan pada tempat-tempat ibadah,seremonial keagamaan dan waktu-waktu
khusus yang berkaitan dengan ritual-ritual rutinitas saja.Di luar dari kawasan
itu,Tuhan dianggap tidak campur tangan dalam urusan mekanisme alam semesta
serta tindakan-tindakan dari apa yang telah diciptakannya.
Disinilah agama khususnya agama Islam memiliki
peran penting untuk lebih memanusiakan manusia,dalam arti pada tataran
horizontal,manusia tetap menjalin hubungan dengan sesamanya sebagai makhluk
social,menjadi mitra atas alam semesta dan isinya sebagai khalifah fil ardh (makhluk yang berakal).Sedangkan pada tataran
vertical,manusia sebagai makhluk teologis tidak pernah memutuskan hubungan
dengan Allah selaku penciptanya,sehingga apa yang disinyalir dalam Al Qur’an “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu di antara kamu”benar-benar terwujud,atau seperti pada
janji Allah dalam Quran surat al Baqarah (2):62.
Sukanto dan Dardiri Hasyim (1995 :
169),mengatakan bila iman adalah salah satu agenda yang amat penting untuk
menegakkan ketertiban dalam segala aspek kehidupan.
Islam sebagai agama yang universal dalam
artian bersesuaian dengan setiap orang yang tidak hanya mengatur unsure-unsur
ketauhidan saja,namun lebih dari itu baik Al Qur’an maupun hadis juga banyak
mengatur hal-hal yang bersangkut paut dengan nilai-nilai kemanusiaan,sebagai
mana dalam ayat-Nya :QS.60:8-9.
Lahirnya masyarakat biadab di tengah-tengah
masyarakat modern menurut Abdullah (2006 : 78) adalah karena dominannya
pengaruh nafsu.Nafsu adalah organ rohani (jiwa) yang paling besar pengaruhnya
dan yang paling banyak di antara organ rohani yang mengeluarkan intruksi kepada
anggota badan untuki berbuat atau bertindak.
Bagi umat Islam,Al Qur’an adalah dasar rujukan
yang wajib disikapi untuk menetapkan norma dan nilai,Al Qur’an merangsang para
pengkajinya untuk mendengarkan,memahami,mengikuti yang terbaik dan melaksanakan
nilai-nilai identitas yang ditetapkan oleh Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Nilai memiliki peranan sebagai daya tarik
serta dasar dari tindakan manusia,yang mendorong manusia untuk mewujudkan
nilai-nilai dari tindakannya.Menurut Muhammad Taqi Misbah (1996:112),kultur
masa kini dan para humanis mengklaim bahwa setiap orang,karena ia manusia mempunyai nilai alami yakni nilai kemuliaan
,sekalipun misalnya ia telah melakukan banyak kejahatan.
2.
Etika sebagai
kebahagiaan terdapat dua istilah teknis,yakni suatu ajaran yang mendasarkan
diri pada suatu tujuan
terakhir.Kedua,suatu teori yang memberikan titik berat pada kenikmatan atau
kebahagiaan disebut etika hedonistik.Etika hedonis adalah suatu teori yang
mengatakan bahwa kenikmatan atau akibat-akibat yang nikmat di dalam dirinya
sudah mengandung kebaikan.
3.
Filsafat manusia
berusaha mencari jawaban-jawaban tentang hakekat manusia,dengan jalan menggali
setiap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusi,baik persoalan yang
telah,sedang dan mungkin akan terjadi.Dengan demikian filsafat manusia mengkaji
tentang manusia secara totalitas yakni dari segi
psikologi,antropologi,sosiologi dan ilmu-ilmu humaniora lainnya.



0 komentar:
Posting Komentar