Sabtu, 03 Oktober 2015

Cerita Rakyat Bugis


BATU MENANGIS ATAU BATU BERANAK

Pada suatu waktu di tanah Bone, hiduplah dua orang anak dan ibu. Ibunya memiliki sifat dan perilaku yang sangat baik sedangkan anaknya malas disuruh-suruh dan egois. Pekerjaan ibunya adalah mencari kayu bakar di hutan kemudian menjualnya di pasar, sedangkan anaknya menenun sarung Bugis yang di jualnya pada para pedagang.
Di rumahnya yang jauh dari kesan bagus, mereka memilihara seekor anjing. Di namailah anjing itu dengan nama La Balo. Anjing ini sangat pintar dan patuh dengan perintah majikannya. Suatu hari yang sangat panas, menenunlah sang anak di rumahnya yang bisa di bilang gubuk itu. Sendiri ia menekuni pekerjaannya karena ibunya sedang ke pasar untuk menjual kayu bakar. Di tengah pekerjaannya menenun, merasa mengantuklah ia. Terantuk-antuk di tempat duduknya. Secara  tidak sengaja, alat tenunnya jatuh ke kolong rumah. Karena sifat malasnya dan karena mengantuknya, maka engganlah sang anak  untuk beranjak dan memungut alat tenunnya. Mau minta tolong ibunya, ibunya sedang pergi ke pasar. Di ingatnya bahwa ia memiliki anjing peliharaan. Maka di panggilnya anjing itu dengan berkata : “O Balo, tolong kau ambilkan alat tenunku!”. Di luar prasangka sang anak, maka menyahutlah sang anjing dengan berkata, : “Iyye puang, tunggulah sebentar”. Sungguh kaget sang anak demi mendengar anjing peliharannya dapat berbicara layaknya manusia banyak. Bertambah kagetlah sang anak ketika merasakan kakinya kaku dan tak bisa digerakkan. Mengeras seperti batu kaki sang anak. Bersama dengan rasa takutnya, menangislah sang anak  sambil memanggil-manggil ibunya. Lama kelamaan , tidak hanya kakinya yang mengeras, tetapi  seluruh tubuhnya, terkecuali wajahnya.
Maka datanglah ibunya demi mendengar tangis pedih anaknya. Ditemukannya anaknya telah menjadi patung dan tak dapat bergerak. Berkatalah sang anak: “Maafkan aku ibu, terlalu durhaka aku padamu” kemudian ia kembali menangis sampai kepalanya menjadi batu pun air mata tetap jatuh dari matanya. Berkatalah sang ibu, : “Apa yang menyebabkanmu menjadi seperti ini nak”. Menangis pula sang ibu, dan tak di sangka-sangka ibunya pun berubah menjadi batu Karena ia menaegur perubahan yang terjadi pada anaknya. Begitulah,  maka satu kampung penduduk berubah menjadi batu, karena saling menegur satu sama lain. Itulah asal mula di namainya kampung tersebut sebagai Batu Menangis atau Batu Beranak. 

0 komentar:

Posting Komentar