Rabu, 26 Februari 2014

Refleksi Logika



A. Pengertian Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang artinya ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika merupakan salah satu bagian dan cabang dari filsafat dan merupakan ilmu berpikir lurus. Selain sebagai ilmu, logika juga dilihat sebagai keterampilan dan seni, yakni keterampilan yang rasional untuk berpikir lurus, tepat dan teratur yang diwujudkan dengan tindakan.  Adapun ‘pikir’ itu dipengaruhi oleh:
·         Panca indera
·         Akal
·         Pengalaman
·         Bahasa
Pengertian logika menurut para ahli:
  Hasbullah Bakry
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. Logika mempelajari aturan dan cara berpikir.
  Ir. Poedjawijatna
Logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari tehnik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
  N. Driyakara
Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.

Plato dan Aristoteles merupakan Bapak Logika. Logika di zaman Yunani, tokoh-tokohnya yaitu: Aristoteles, Theopratus, Porphyrius.
Logika pada zaman Islam, tokoh-tokohnya yaitu: Said bin Jakub Al-Dimsyiki, Abu abdillah Al-Khawarizmi, Ahmad Ibnu Taimiah, Al-Farabi, Ibnu Khaldun, Al-Duwani, Al-Akhdhari, dll.
Logika di Barat, tokoh-tokohnya yaitu: Petrus Hispanus, Leibniz, Leonhard Euler, John Stuart Mill, George Boole, Augustus de Morgan, John Venn.


Proses pikir itu diwujudkan dalam bahasa. Bahasa merupakan simbol pengertian.  Bahasa merupakan alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengan tepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengan tepat.
Fungsi bahasa:
¡  Fungsi ekspresif.
¡  Fungsi direktif.
¡  Fungsi informatif.
Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar dari setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa kemampuan bahasa yang baik, maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. 

B.  Macam Logika

Logika terbagi dua, yaitu:
            -     Logika Alamiah (kodratiah)
-          Logika Ilmiah
Logika Alamiah (kodratiah) sifatnya spontan (subjektif), dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari, dan didalamnya terdapat banyak kesalahan dan kesesatan, contohnya seorang pedagang tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju dibidangnya, sedangkan logika Ilmiah sifatnya memperhalus akal budi, meluruskan sesuai hukum-hukum logika. Membantu logika kodratiah, lebih tepat atau teliti, kesesatan dihindari. Pembagian atau penggolongan merupakan tindakan membagi sesuatu berdasarkan jenis-jenisnya.

C.  Hukum Pembagian 

Pembagian mengacu pada dasar atau alasan yang sama.
Kesulitan pembagian:
-          Tidak tahu bagian-bagian/pokok-pokok
-          Kurangnya pengetahuan
-          Bentuk antara
Contohnya :
Pembagian paragraf menurut bentuknya:
-          Narasi
-          Eksposisi
-          Persuasif
-          Deskripsi
-          Argumentasi

D. Sejarah Logika

1.      Era para Nabi dan Rasul

Penjelasan logika Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim  sangat  menyadari  bahwa  Allah menguasai alam semesta. Mereka membutuhkan Tuhan Yang  Maha Tahu  dalam  setiap  detik, siang  dan  malam. Tuhan yang tidak pernah lalai akan kebutuhan mereka.  Benda-benda  langit  itu  hadir  dan diperlukan  pada  suatu  saat  dan  tidak hadir serta tidak berguna pada saat  lainnya.  Wujud  seperti  itu  tidak mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk menjadi tuhan dan  wujud  lainnya,  untuk  memenuhi   kebutuhan   dan keperluan mereka. Teori   ini   dapat  diperluas  dalam  bentuk  berbagai pernyataan  teoritis  dan  filosofis.  Sejarah  para  nabi  menunjukkan  bahwa  mereka memulai program  reformasi  dengan  mengundang   para   anggota keluarga  mereka  kepada  jalan  yang  benar,  kemudian mereka memperluas dakwah itu  kepada  orang  lain.

2.      Pra Yunani

Heroclitos dengan Metode Bidang (Meyeutis)

·         Heroclitos

è Tidak ada orang yang ada orang pintar, manusia mempunyai potensi, tinggal dikeluarkan potensi itu. Semua manusia memiliki potensi seperti bidan yang mengeluarkan bayi dari rahim perut ibunya. Cara mengeluarkan potensi itu yaitu dengan cara mewawancarainya dan mengajukan pertanyaan yang dijawab, maka keluar semua pengetahuannya seperti penerimaan calon pegawai.
Heroclitos adalah seorang filsuf yang tidak tergolong mazhab apapun. Di dalam tulisan-tulisannya, ia justru mengkritik dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh terkenal, seperti Homerus, Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, dan Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran filsafat yang umum pada zamannya, namun bukan berarti ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu.
Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap’’. Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara:
Pertama, seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir. "Engkau tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama," demikian kata Herakleitos. Maksudnya di sini, air sungai selalu bergerak sehingga tidak pernah seseorang turun di air sungai yang sama dengan yang sebelumnya.
Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api. Maksud api di sini lain dengan konsep mazhab Miletos yang menjadikan air atau udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Bagi Herakleitos, api bukanlah zat yang dapat menerangkan perubahan-perubahan segala sesuatu, melainkan melambangkan gerak perubahan itu sendiri. Api senantiasa mengubah apa saja yang dibakarnya menjadi abu dan asap, namun api tetaplah api yang sama. Karena itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam perubahan.
Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Herakleitos mengutamakan kemampuan indra ,malahan mengingkari kemampuan budi, apa yang tersentuh lagi oleh indra itu tidak benar. Budi menurut Herakleitos tak mungkin mencapai kebenaran. Heraklitos mengalami bahwa dunia ini segala sesuatunya berubah, tidak ada sesuatu yang tetap, dikatakannya semua dalam keadaan menjadi.

Aristoteles

Membuat buku logika yang berjudul Organom, isinya ada 6 bab, Bab 1 mengenai Pengertian, Bab 2 mengenai Putusan, Bab 3 mengenai Silogisme,  Bab4 mengenai Pembuktian, Bab 5 mengenai Metode Berdebak, Bab 6                    mengenai Kesalahan Berfikir.

-          Categoriae (pengertian)
-          De interpretatione (putusan)
-          Analytica priora (silogisme)
-          Analytica posteriora (pembuktian)
-          Topica (metode debat)
-          De sophisticis elenchis (kesalahan pikir)

3.      Kaum Stoa (280-207 SM)

Sekelompok masyarakat pada zaman Yunani Kuno yang berhasil mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistimatis. Mereka mengenalkan argumen disjungtif dan hipotesis. Stoicisme merupakan paham yang menganut Stoa. Stoa merupakan kaum yang menguasai Retorika.

Tokoh-tokoh logika Kaum Stoa, yaitu:

·                     Zeno dari Citium (334 SM- 262 SM), pelopor Kaum Stoa, mengenalkan istilah logika.
·                      Chrysippus (280 SM -207 SM), pemimpin Kaum Stoa ketiga yang terbesar mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistematis.
4.      Abad Pertengahan (5-15 M)

-          Thomas Aquinas (1224-1274 abad pertengahan)
-          Thomas Aobbes (1588-1679)
-          Thomas Bacun (1214-1292)
-          Jhon Lock (1632-1704)
Teori Tabulasa à bayi lahir itu seperti kertas putih à pengalaman yang membuat kertas itu berwarna-warni. Makanya disebut Empiris.
Rene Descartes
Je pense donc je suis, saya pikir saya ada. Tuhan yang Maha Baik (ide inne), Epistemologi Metafisika, keluasan, Cogita. Claire et Distinc.
5.      Eropa Modern (XVI-XX)
6.      Logika di Indonesia

E.   Kesalahan Berpikir

Berpikir yang baik harus berpikir yang logis.  Berpikir merupakan  suatu aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia. Suatu aktivitas pasti berhubungan erat dengan akal. Akal manusialah yang menjadi salah satu alat menyerap pengetahuan, menemukan dan membedakan mana yang benar atau salah atau keliru. Namun, manusia juga mempunyai batas tertentu. Kesalahan berpikir dapat terjadi pada siapapun juga. Banyak kata yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memiliki rasa dan makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam logika diberikan aturan-aturan yang mengatur bagaimana berpenalaran yang benar. Sehingga kita bisa mencegah kesalahan-kesalahan dalam berpikir, atau paling tidak kita meminimalisir semua itu, karena kita sebagai manusia bukanlah makhluk yang bisa sempurna, yang tak lepas dari sebuah kesalahan-kesalahan.
Mencari kesalahan berpikir : 
-          Pengalaman
-          Panca Indera
-          Bahasa
-          Akal
Strategi Menghindari Kesalahan dalam Berpikir à Untuk menghindari terjadinya sesat pikir tersebut, kita harus dapat mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas. Untuk itu, kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term yang dipergunakan. 

F.   Silogisme 

Dalam menarik suatu kesimpulan sering digunakan penalaran yang dinamakan silogisme. Silogisme adalah suatu argumen yang bersifat deduktif yang mengandung tiga proporsi kategori yakni dua premis dan satu kesimpulan.
Silogisme : harus 3 kalimat dan terdiri dari S/P/O

Mayor             à        Semua manusia dapat mati
Minor à        Aristoteles adalah manusia
Simpul à        Aristoteles dapat mati

o   Pro Causa
o   Non Causa
o   Aksen
A à    Semua  manusia dapat mati
E à     Aris adalah manusia
E à     Aris dapat mati
Ket:      A          :           positif universal
            I           :           negatif universal
            E          :           positif partikular
            O         :           negatif partikular (tidak)
Contoh :
A à                 semua makhluk dapat mati
A à                 semua manusia adalah makhluk
A à                 semua manusia dapat mati
Immanuel Kant (1724-1804)
-          Logika Transedental
-          Logika Metafisika
-          Mangatasi batasan pengalaman
-          Wundt (1832-1920), Dewey (1952), Baldwin (1934)
-          Logika suatu peristiwa psikologis

G. Pembagian (penggolongan) dan Definisi

Pembagian merupakan kegiatan akal budi yang menguraikan, menggolongkan dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang tertentu.
Syarat pembagian:
1.      Harus lengkap mencakup seluruh bagian. Jika dijumlah hasil tidak kurang, tidak lebih dari kesatuan yang dibagi.
2.      Sungguh-sungguh membagi, bagian yang satu tidak boleh memuat yang lain.
3.      Pembagian harus memiliki dasar yang sama.
4.      Harus sesuai dengan tujuan yang mau dicapai.
Kesulitan-kesulitan pembagian:
1.      Benar-benar belum tentu benar keseluruhan.
2.      Salah bagian, belum tentu salah keseluruhan.
3.      Ragu apa dan siapa masuk bagian.
4.      Kecenderungan jalan pintas yang merupakan bentuk-bentuk antara.

H. Diskusi Kelas

·         Logika Aristoteles :
-          Konsep/definisi
-          Proposisi
-          Silogisme

·         Pembagian Term :
-          Signifikansi Term atas makna
-          Term khusus dan umum
-          Term bersahaja dan komposit
-          Term dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri
-          Perbandingan jumlah term dan jumlah makna
·         Lima Term Umum
-          Genus
-          Species
-          Diferentia
-          Proprium
-          Ak Siden
·         Pengaruh Logika Aristoteles di dunia Islam
1.      Sejarah masuknya logika Aristoteles ke dunia Islam
2.      Para filosof muslim yang terpengaruh oleh logika Aristoteles
·         Kritik Ibn Taimiyah terhadap Logika dana para folosof
1.      Kritik terhadap konsep/definisi
2.      Kritik terhadap proposisi
3.      Kritik terhadap silogisme
4.      Kritik terhadap para filosof Muslim
·         Kritik Ibn Taimiyah dalam analisis komparatif
1.      Antara Aristoteles dan Ibn Taimiyah
2.      Antara para filosof muslim dan Ibn Taimiyah
3.      Implikasi terhadap Epistemologi 

Logika Penting dan Tidak Penting

Logika itu penting karena setiap kita melakukan sesuatu pasti sudah terpikirkan atau terkonsep dulu di kepala kita dan hal-hal yang harus dan pasti masuk akal karena manusia merupakan makhluk Tuhan yang berbeda dengan makhluk lainnya dan juga manusia berbeda dengan binatang yang hanya menggunakan instinnya atau nurani yang tidak memiliki akal. Tanpa logika, manusia tidak dapat berpikir lurus dan tidak mampu menguraikan pemikirannya secara cermat sehingga tidak akan didapatkan kebenaran dan pengertian yang ingin dicapai. Logika itu sangat penting, karena kehidupan kita ini nyata yang bisa dilihat dan didengar. Pemikiran yang logis akan menciptakan kedamaian dan ketentraman. Logika tentu juga sangat penting karena dalam filsafat manusia memiliki hal tersebut merupakan salah satu ciri dari manusia itu sendiri, tapi ingat, harus diikuti dengan perasaan juga.



0 komentar:

Posting Komentar